
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Rabbku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Rabbku Maha Pemelihara segala sesuatu. Dan tatkala datang 'azab Kami, Kami selamatkan Huud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari 'azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu. (QS. 11:57-60)
Kebangkitan Negeri: Mengangkat Kembali Harkat-Martabat Bangsa
ehancuran bukanlah tujuan suatu olah-lanjut berkehidupan. Namun ketika kehancuran tidak lagi dapat dielakkan, itu bukanlah hanya berarti suatu kebinasaan. Bahkan, boleh jadi kehancuran yang berlangsung menjadi jalan keluar munculnya kebangkitan. Sebelum datang masa kehancuran sesungguhnya yang mengakhiri seluruh kehidupan di muka bumi, sifat dari kehancuran yang muncul sebenarnya adalah untuk memberikan kesempatan pada kebangkitan memimpin kehidupan baru berazaskan pada kebenaran murni.
Dapat dimengerti pula, bahwa dengan kebangkitan itu, Allah akan mengganti olah-lanjut perjalanan hidup suatu kaum dengan kaum lainnya secara menyeluruh, sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya, yang artinya: "...dan Rabbku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu." (QS.11:57). "Kaum" dapat saja mengarah pada pengertian pribadi, sekelompok ummat, maupun dalam pengertian bangsa. Terjadinya pergantian olah-lanjut perjalanan hidup suatu kaum disebabkan langkah-perbuatan serta cara berfikir keilmuan kaum itu selalu mengarah pada perusakan kehidupan atas ciptaan Allah di muka bumi. Siapakah mereka?
Mereka yang dipergantikan itu adalah yang tidak dapat medaya-manfaatkan rahmat-karunia dari Allah. Dengan kata lain, mereka lebih menyukai hidup dalam lingkaran laknat dari pada hidup dalam lingkaran rahmat. Itulah manusia yang tidak pandai mensyukuri rahmat Allah. Langkah-perbuatannya tidak lagi seiring-sejalan dengan sifat Allah selaku Dzat Pemelihara Keselamatan Hidup seluruh makhluq ciptaan-Nya, sebagaimana tersirat dalam firman yang artinya: “..Sesungguhnya Rabbku Maha Pemelihara segala sesuatu." (QS. 11:57). Kenyataan demikian inilah yang sedang berlangsung di tengah-tengah kehidupan abad sekarang ini, khususnya di tanah air Ibu Pertiwi ini. Negeri yang semula lahir dan tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi atas dasar rahmat Allah, kini berpolah-tingkah mengkufuri rahmat Allah dari segala arah.
Boleh jadi, bertitik tolak dari kenyataan itulah terjadinya pergantian olah-lanjut perjalanan hidup secara menyeluruh. Berarti pula tiba saatnya kebenaran tampil memimpin kehidupan di muka bumi. Satu-satunya penyelamat mutlak kehidupan di muka bumi adalah kebenaran tanpa sedikitpun campur tangan rekayasa logika-nafsu manusia. Jika muncul kaum pengganti, hal itu merupakan wujud nyata dari sifat dan sikap keadilan Allah. Sikap adil itu diambil karena masih banyak bahagian dari makhluq ciptaan yang hendak melaksanakan ketaatan pada Allah, akan tetapi dihadang oleh kesewenangan kaum kufur. Mereka yang senantiasa ditekan oleh kesewenangan laku kekufuran, akan tampil selaku kholifah memimpin olah-lanjut perjalanan hidup. Awalnya, bisa saja terjadi peristiwa kehancuran untuk menyapu, membersihkan kehidupan saling menipu, menekan, atau memaksa. Kemudian selanjutnya terwujudlah pergantian olah-lanjut perjalanan hidup secara menyeluruh. Kepalsuan-kepalsuan akan tersingkap jelas.
Kedengkian dan keserakahan ekonomi Y+N yang bersembunyi dibalik HAM pun akan terkuak. Pada akhirnya HAM yang semula dijadikan kendaraan untuk mencapai kepentingan politik Y+N akan membalik menghunus dan menghancurkan perjalanan politik Y+N itu sendiri. Senjata makan tuan. Itulah yang akan dialami oleh Y+N. Hanya saja hingga saat ini mereka belum menyadari adanya tanda-tanda kehancuran yang akan ditimpakan oleh HAM. Bagi kaum Y+N, sampai kapanpun kebutaan terhadap tanda-lambang menjadi pakaian utama. Diberlakukannya perlindungan terhadap HAM muncul dari ulah kepicikan dan kedengkian Y+N yang sangat berkepentingan terhadap lajunya perjalanan politik penguasaan dan kekuasaan tunggal, khususnya di bidang ekonomi. Y+N atau USA+Eropa berlindung di balik HAM untuk melangsungkan jangkauan kepentingan politiknya. Bagaimana awalnya sehingga mereka bertopengkan HAM?
Sebagaimana diketahui HAM pertama kali dicetuskan oleh Y+N atau USA+Eropa. Akhir-akhir ini HAM dibudayakan dengan satu tujuan tersembunyi, yaitu agar mereka memperoleh keuntungan politik penguasaan dan kekuasaan tunggal. Kekuasaan itu terutama ialah dalam bidang ekonomi. Namun juga ada wujud-nyata, kesempatan, dan argumentasi untuk ikut campur tangan urusan rumah tangga suatu negara atau bangsa lain, guna mencapai kepentingan politik ekonomi mereka itu. Khususnya HAM sangat ditekankan pada negara-negara yang masyarakatnya mulai memperlihatkan sikap anti Y+N atau USA+Eropa.
Negara-negara yang masyarakatnya mulai memperlihatkan sikap anti Y+N atau USA+Eropa itu sering dijumpai sebenarnya justru merupakan ladang-penyuburan untuk menghidupkan kepentingan dan keuntungan politik-ekonominya. Sikap anti itu sudah barang tentu berdampak merugikan jalannya politik penguasaan dan kekuasaan tunggal Y+N. Melihat gejala demikian itu, tentu USA+Eropa sangat khawatir bila kepentingan politik penguasaan dan kekuasaan tunggalnya terhambat oleh laju pergolakan atau perlawanan yang dilakukan negara-negara anti Y+N. Terutama negeri-negeri yang mayoritas masyarakatnya muslim dan sekaligus sangat militan keislamannya.
Gejala atau tanda-tanda bangkitnya kekuatan Islam mulai tersibak di arena kancah politik. Awal kebangkitan kekuatan Islam akan terbit dari arah Timur. Y+N telah mengetahui, bahwa jika seseorang atau suatu masyarakat bangsa telah tersentuh keislamannya, maka orang atau bangsa itu akan mudah bangkit kenekatannya membela Islam tanpa takut mati, sebagaimana telah dibuktikan pada zaman kekholifahan Rasulullah ketika kaum muslim menghadapi tipu-daya kejahatan kaum kafir Mekkah. Apalagi bila seseorang atau suatu masyarakat bangsa tidak lagi melihat ras, suku, bangsa kecuali bersatu di bawah bendera Islam maka apapun akan dihadapi tanpa sedikit pun rasa takut mati. Kenyataan inilah yang sangat ditakuti Y+N, karena sejarah telah membuktikan pada peristiwa perang salib, ummat berhasil bersatu mengibarkan bendera kemenangan bagi Islam.
Kedok hak azasi manusia. Itulah sebabnya agar peristiwa perang salib yang mencoreng-moreng harga diri mereka tidak terulang kembali, Y+N (USA+Eropa) berupaya keras agar HAM diberlakukan sebagai hukum Internasional. Melalui politik HAM, mereka beranggapan sekaligus berharap berhasil mencapai kelanggengan penguasaan dan kekuasaan tunggalnya selaku adikuasa. Dalam hal ini Y+N (USA+Eropa) seakan tampil selaku negara pengibar bendera peradaban kemanusiaan. Padahal, sebenarnya politik HAM adalah kedok belaka untuk melindungi kepentingan mereka dan untuk menghadang lajunya pergolakan dan perlawanan yang dilakukan negara-negara anti Y+N.
Apabila ada negeri mulai memperlihatkan giginya atau mengadakan perlawanan terhadap kepentingan politik penguasaan dan kekuasaan tunggal (USA+Eropa) seketika negeri tersebut dicap telah melanggar HAM. Bahkan tidak jarang terjadi dalam waktu seketika dijatuhi pula sangsi ekonomi. Demikian itulah cara Y+N melindungi dan mempertahankan kepentingan politik penguasaan dan kekuasaan tunggalnya di balik penerapan HAM. Padahal sebenarnya ummat Islam tidak perlu terkisima oleh upaya-upaya Y+N memberlakukan HAM yang terpandang seakan wujud-nyata upaya mengangkat dan menghargai nilai peradaban kemanusiaan. Di dalam Islam bukan saja HAM yang dilindungi.
Selaku Dzat Pencipta sekaligus Maha Pemelihara segala sesuatu, Allah sangat murka terhadap orang-orang yang melakukan perusakan di muka bumi, sebagaimana yang telah ditegaskan pada Al-Qur’an: "... Sesungguhnya Rabbku Maha Pemelihara segala sesuatu." (QS. 11:57). Tersiratlah bahwa di dalam peradaban Islam, perlindungan dan penghargaan terhadap seluruh kehidupan makhluq dalam ruang lingkup kesemestaan harus ditegakkan sekaligus dilindungi, sebagaimana Allah memelihara segala sesuatu dengan keadilan. Nilai perlindungan terhadap kehidupan seluruh makhluq yang diajarkan dalam pendidikan Islam lebih tinggi dan lebih berharga untuk digalakkan atau dilaksanakan, dari pada nilai yang ditegakkan lewat HAM. Upaya pemberlakuan HAM sesungguhnya hanya dalam rangka meraih kepentingan politik Y+N (USA+Eropa). Bukan untuk kepentingan bersama kehidupan manusia, apalagi untuk kehidupan berkesemestaan. Ketegasan di dalam ajaran Islam di atas tidak mengandung nilai muatan politik apa pun selain semata-mata untuk keselamatan hidup makhluq ciptaan Allah secara berkesemestaan.
Dengan demikian dengan tegas dapat dinyatakan, bahwa sebelum HAM dicuatkan oleh Y+N, Islam telah terlebih dahulu melaksanakan perlindungan terhadap hak hidup makhluq. Cakupan konsep hak hidup makhluq itu tidak saja sebatas kehidupan manusia, tetapi untuk seluruh kehidupan bersemesta. Awal mula munculnya atau lahirnya HAM adalah ketika dunia Y+N (USA+Eropa) berlomba membuat senjata nuklir. Tujuannya, tetap untuk kepentingan politik penguasaan dan kekuasaan tunggal. Dengan perlombaan senjata nuklir itu mereka dengan mudah dapat kembali menakuti untuk kemudian menjajah-kuasai negara-negara lain. Setelah pucuk nuklir kapitalis dan komunis mulai saling berhadapan, muncul kecemasan dan keraguan, jika akhirnya peperangan nuklir akan melumatkan seluruh kehidupan di muka bumi. Berarti, akan berakhir pula politik penguasaan dan kekuasaan tunggal mereka.
Maka dimunculkanlah HAM sebagai alat penjinak nuklir sekaligus dijadikan sebagai perisai pelindung politik penguasaan dan kekuasaan tunggal Y+N (USA+Eropa). Bersamaan dengan memanasnya tingkat politik nuklir, negara-negara yang tergabung dalam Dunia Ke-3 mulai memperlihatkan tanda-tanda pergolakan dan perlawanan terhadap kesewenangan Y+N (USA+Eropa). Maka HAM pun diberlakukan terhadap mereka, dengan maksud untuk menghambat lajunya perlawanan Dunia Ke-3 yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim. Padahal bila saja ummat Islam secara serempak di seluruh belahan bumi jeli mengamati sepak terjang Y+N (USA+Eropa), maka akan terlihat dengan nyata bahwa sesungguhnya tokoh utama pelanggar HAM itu sendiri adalah mereka. Buktinya hingga saat ini hak kemerdekaan rakyat Palestina masih juga digantung oleh Y+N. Inilah bukti HAM yang tampaknya bermuatan nilai kemanusiaan, sebenarnya bersifat menipu, hanya sebagai kendaraan politik keuntungan pribadi mereka, sekaligus wahana ampuh untuk mencampuri urusan dalam negeri negara-negara (muslim) yang berdaulat.
Tulisan ini merupakan penulisan ulang yang dikerjakan oleh Taufik Thoyib dari rangkuman kajian pada 2 Sya'ban 1414H (10 Nopember 1999) di Malang berjudul asli "Sulam-Tambal Mengangkat Kembali Harkat-Martabat Bangsa", sajian Ki Moenadi MS almarhum, semoga ridha Allah tercurah kepadanya, amin. – Admin.
Kamis, 20 Mei 2010
Kebangkitan Negeri: Mengangkat Kembali Harkat-Martabat Bangsa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Merak sering memamerkan keindahan bulunya. Namun ia tak seperti manusia yang selalu berpamrih. Merak tak mencari apalagi mengemis pujian, karena memang begitulah kodrat perilakunya ditetapkan Allah. Apakah dengan narsisisme memamerkan keindahan dan kebaik-hebatan diri, manusia sungguh-sungguh hendak merendahkan martabat pribadinya sehingga lebih bodoh daripada hewan tak berakal? Renungilah:
Perjalanan ruhani jumpa ilaahi Rabbi ibarat menempuh gunung tinggi. Barang siapa lengah, segera ia terperosok ke dalam jurang tersembunyi di balik setiap kelokan dan tanjakan. Sesekali seorang pendaki ruhani pasti mengalaminya, akibat terpukau pemandangan indah perjalanan menju pncak gunung. Taubat dan kesungguhan pengabdiannya kepada Allah, adalah tongkat penopang agar pada pendakian berikutnya, ia makin berhati-hati.
Bagi yang berhati-hati, justru sangat malu mengakui kebaikan yang hanya tampak bagian luarnya bagi orang lain itu. Yang nyata baginya adalah bagian dalam pribadinya dengan segala kehinaan, catat, kekurangan, bahkan ketercelaan yang tak kunjung habis tersoroti cahaya lentera Allah Yang Maha Mulia. Ia makin tersungkur dalam syukur, atas penyelamatan jemari kasih As-Salaam. Karena menyadari segala keburukannya, dengan sendirinya segala pujian manusia tak berbekas apa pun pada perasaan-hatinya. Ia mengharapkan agar manusia yang memujinya mendapat tambahan karunia kemuliaan pula dari sisi Allah Yang Maha Berkepemurahan Kasih Sayang. Ucapannya:

Demikian besarnya perhatian pemimpin sejati akan keselamatan dan kebahagiaan bangsanya, tetapi tidak sedikit yang menyambut dengan ejekan atau cemoohan baik dengan kata-kata maupun dengan sikapnya (dan inilah yang paling berbahaya). Bukankah sikap demikian sama halnya dengan sikap orang-orang munafiq? Sebagai manusia biasa tidak jarang mereka sedikit kecewa dengan sikap bangsanya yang kurang menaruh perhatian, dengan kata lain kurang bersungguh-sungguh untuk bangkit. Namun kesadarannya tidak membiarkan hatinya kecewa. Terhiburlah hati ketika kesadarannya membisikkan, bahwa peran sang pemimpin sejati hanyalah membawa kabar gembira
Begitu banyak kepalsuan. Pemimpin suatu kelompok bangsa yang selalu membantu mereka yang menggelar kebencian, perang, dan penindasan pada bangsa lain misalnya, bisa saja justru tampak mulia bahkan diberi penghargaan sebagai pembela kedamaian ummat manusia. [Taufik Thoyib]. 21 Rajab 1431 / 4 Juli 2010
Sabda Nabi s.a.w. kepada Asma binti Abu Bakar r.a.: "Berinfaqlah. Janganlah kamu menghitung-hitung (hartamu, kikir), nanti Allah akan menghitung (kejelekan-kejelekan) mu. Jangan pula kamu menyembunyikan (hartamu) nanti Allah akan menyimpan (kejelekan-kejelekanmu) untuk dibeberkan di Hari Akhir (Lu'lu' wal Marjan, 1/244).
"Seorang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan surga. Adapun orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka." (Tasyiirul Wushuul, 2/88).
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
Sinyalemen hadits tersebut memberikan gambaran bahwa: dari tahun ke tahun yang dapat diberlangsungkan dan diperoleh kebanyakan manusia dari kunjungan Ramadhan hanyalah mendatangkan ritual rasa lapar dan dahaga dari puasanya. Tidak ada perubahan dan pembaharuan berarti yang dapat dibukti-rasakan dalam berkehidupan, kecuali yang selalu muncul hanya keluh-kesah atas kesulitan berantai menjalani kehidupan. Seakan hadits tersebut tampil sebagai kaca cermin besar yang menunjukkan puasa kebanyakan manusia layaknya puasa anak-anak. Anak-anak itu berbangga dalam berpuasa agar memperoleh berbagai hadiah yang diiming-imingkan yang kesemuanya bersifat keindahan dan kesenangan nafsu semata. Ketika bentuk keindahan-kesenangan nafsu tidak terpenuhi mereka kecewa putus asa dan perhatiannya lebih terpaku pada kesulitan yang ditemui daripada kasih Ilaahi.
Untuk itu mari sejenak di bulan yang fithrah ini kita tunduk-renungkan diri hadirkan Allah selaku saksi kejujuran, diri bertanya pada nurani-hati. Pada tingkatan puasa apakah yang sudah berhasil kita langsungkan selama ini? Tentunya masing-masing pribadi beriman tidak hendak puasanya dinilai-persepsikam sama dengan puasanya anak-anak, kecuali yang diharapkan dari berpuasa dapat menghantarkan jiwa pada kedekatan cinta dengan Allah. Namun demikiankah yang diperoleh?
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.