Sabtu, 18 September 2010

Penebar Jaring Dengki

...Iblis mewujud pada manusia penantang Allah yang membakar Al Qur'an. Pancingan, agar terjadi kekerasan-reaktif dari ummat muslim dunia. Justru hal itulah yang mereka tunggu, yang akan membenarkan mereka mencap Islam sebagai agama kekerasan. Mengapa mereka memusuhi Islam dan muslim? Apa hubungannya dengan simbol mata tunggal yang mereka gunakan? Mengutuk dan melaknat mereka, semestinya disertai upaya keras untuk memerdekakan diri dari millah mereka. Apa yang utama dari millah mereka?





4 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Dengan hormat,
    Berkaitan dengan Firman Allah SWT QS. Thaha[20]:102 yang tersebut di atas, mohon dapat dijelaskan tentang simbol 20 dengan 10(2)? yang secara verbal bisa terbaca dengan 'duapuluh' juga? Hal ini sangat menarik kami bila dikaitkan simbul mata satu di atas.
    Mohon maaf. Terimakasih sebesar2nya atas perhatian Pengampu.
    Billahitaufiq wal hidayah
    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    BalasHapus
  2. Wa'alaikum salam wr.wb.,
    Dilihat spt itu pun, insya Allah bisa. 102, juga bisa dibaca: "satu titik-nya ada dua". Dengan kata lain ada dua titik, alias mata kepala yang selalu terpancang melihat dunia dengan segala dialektika perubahan fenomenanya: pedih-lezat, sedih-senang, sakit-sehat, dan seterusnya. Dialektika semacam itulah yang yang menjadi dasar seluruh pandangan (filsafat) Barat/Yhd, sejak dari Plato sampai dengan Derrida. Tegasnya, mata satu (mata duniawi/mateialistik) hanya sibuk melihat fenomena dari satu ekstrim ke ekstrim sifat-keadaannya yang lain. Berbeda sangat prinsip, pandangan orang beriman/tahuid berbentuk "segitiga": di puncaknya adalah Allah s.w.t. selaku Yang Maha Tinggi (Al A'laa), yang di bawahnya adalah makhluq ciptaan yang selalu berkeadaan berpasangan (QS 36:36 yang terjemahnya sbb" "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui"). Semoga bermanfat. Salam, Taufik Thoyib.

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Jazakumullah kami sampaikan atas penjelasan Bapak Taufik Thoyib. Pada kesempatan ini mohon kiranya dapat juga kami mengutaran hasil belajar terhadap penjelasan Bapak diatas. Bahwa perihal dua titik, bisa dibaca tetap dua titik. Tapi ada juga budaya dengan menyebut satu titik - dua. Penyebutan dengan dua titik, saya rasakan bermodalkan SHIDDIQ atau KEJUJURAN. Perihal dua titik, disampaikan pula dengan dua titik. Sebagaimana Nabi Musa a.s. melempar tongkatnya karena adanya perintah melempar tongkat dari Allah SWT (QS. 20: 19-20). Sementara penyebutan dengan satu titik-dua bisa berpangkal pada aspek SIYASAH/POLITIS (jika dilakukan oleh org beriman) namun juga bisa berazas JEBAKAN (jika dilakukan oleh para kaum kafir-munafiq atau YHD. Semangat jebakan ini antara lain muncul pada kaidah bhs Inggris ketika mereka berkata, misalnya I have no time, i have no money sebagaimana ketika millah ini mendorong meluasnya paham satu mata - dua. Wallahua'lam.
    Mohon maaf dan perbaikan atas ketidak tepatannya.
    Billahitaufiq wal hidayah
    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    BalasHapus
  4. Wa'alaikum salam wr. wb.,
    Begitulah, yg prinsip YHD/NSR sampai kapan pun mustahil mendapat bimbingan Allah. Sedangkan untuk dapat menyadari (paham-mengerti secara terpadu dg perasaan-hati dan pikiran-akal) keberadaan titik (getar ketenagaan dzat hidup), mutlak memerlukan ridha-Nya. Semoga Allah ridhai kita untuk mencapai keadaan itu. Salam, Taufik Thoyib

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.