Rabu, 01 September 2010

Perekayasa Berita

Renungan Ramadhan (4)





Untuk koneksi internet rata-rata, diperlukan waktu pengunggahan program sekitar 20 detik (tombol di kiri bawah berfungsi tuntas), kami mohon maaf telah membuat Anda menunggu; kami menambah informasi penting di dalam animasi ke-2 -Admin.

...dropcap S...

ebelum menyoroti tipu-daya para pendengki perekayasa berita, kita perlu menegaskan apakah pengertian fasiq (ﻓﺎﺴﻕ) sebagaimana yang diberitakan Allah pada firman-Nya, Surah Al Hujurat Ayat 6: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Fasiq adalah sikap-perbuatan menentang Allah dan Rasul-Nya. Kafir, sudah barang tentu fasiq; bahkan yang beriman (lemah) pun dapat pula terjerumus menjadi fasiq. Sikap-perbuatan fasiq terjadi karena yang diandalkan untuk mengetahui sesuatu hanyalah fenomena garis-kerangka-fisik atau materi-kasat-mata saja, yang dicerna berdasarkan logika-nafsu dengan segala kedengkiannya. Orang-orang yang fasiq pasti tidak beriman pada yang ghaib, sehingga haqiqatnya mereka tidak beriman pula pada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana para pendengki itu dapat membangun tata nilai yang dipercayai orang banyak (kredibel di hadapan masyarakat global)?

Rekayasa pemberitaan: menghalangi manusia dari jalan Allah dan berupaya membuatnya bengkok

[Penjelasan grafis ada pada sajian animasi di bagian akhir -Admin]

Orang-orang fasiq lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan disebabkan kedengkiannya, mereka pasti menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Untuk itu, dengan inspirasi dari iblis, mereka membangun tata nilai yang bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya, untuk menyesatkan manusia. Misalnya, ukuran kebenaran dibengkokkan dari kebenaran muthlaq (ilaahiyah) menjadi kebenaran relatif (berasas mayoritas-popularitas, yang dalam kehidupan bernegara kita kemudian diwujudkan dengan slogan-politik, sebagai demokrasi). Padahal tak ada seorang nabi Allah pun yang berdakwah dengan asas mayoritas-popularitas; bahkan gerakan dakwah dan pengikut para nabi Allah pasti merupakan sebagian sangat kecil dari kaum pada jamannya.

Contoh lain, bagaimana mereka menyudutkan citra Islam sebagai "agama parateroris"; atau sebaliknya, dengan membanjiri dunia informasi maya dengan penipuan bahwa Islam hanya "berdimensi spiritual (atau sufistik)" saja, padahal yang keruhaniannya menjadi tauladan bagi seluruh manusia yaitu Nabi Muhammad s.a.w., adalah yang terdepan memimpin penegakkan kebenaran secara fisik. Jilbab dilarang di Prancis; di Indonesia, ada yang menyebarluaskan pandangan bahwa jilbab adalah "tradisi Arab" dan bukan bagian dari pewujudan iman bagi muslimah. Tak cukup hanya membengkokkan nilai, warisan peradaban pun berusaha mereka bengkokkan, bahkan mereka berusaha menghapuskannya dari muka bumi: Masjidil Aqsha dikecohkan menjadi Qubatus-Sakhra ("Dome of Rock"), agar ummat Islam kabur terhadap sejarah agamanya dan agar setelah bukti sejarah itu lenyap (tanah di bawah Masjidil Aqsha konon kini sedang dikeruk agar masjid itu runtuh), mereka dapat menguasai total kota Jerusalem dan seluruh negeri Palestina.

Sepantasnya kaum muslim sangat waspada terhadap segala jenis pembengkokan dan maksud pengkotak-kotakan ummat Islam yang berujung adu domba: Penghembusan isu Islam "toleran", "moderat", "liberal", "domokratis", yang dihadapkan pada Islam "fundamental", "integrist", garis keras", "puritan", "militan", "fanatik", dan seterusnya menambah perpecahan-perpecahan di masa lalu; padahal hanya ada satu Islam. Bukan mustahil kedua "kubu" yang dibuat dikotomis-bertentangan itu adalah bentukan mereka belaka. Dan bukankah tak mustahil pula ada maksud mengadu-domba dua bangsa muslim bersaudara-serumpun Indonesia dan Malaysia? Waspadalah! Perbedaan antarmuslim tak perlu diperuncing; kesamaan dalam bertauhid-lah yang perlu diperjalinkan dengan silaturahim saling mengasih-sayangi, menghargai kelebihan pihak lain sambil mengakui segala kekurangan diri. Itu yang diperlukan untuk membangun satu pandangan perjuangan muslim.

Mengapa penghembusan perpecahan itu berhasil dijalankan? Sebabnya ialah, jika ummat Islam mau bermawas diri, masing-masing berbangga pada golongannya, dan menilai diri "lebih baik" (sebagaimana kata-kata iblis: "ana khoir", "aku lebih baik [daripadanya]" QS 2:12). Padahal kewajiban tiap muslim adalah sekedar memberi nasihat dengan jujur, serta berwasiat dengan sabar, dan haqq. Tak ada pemaksaan kehendak, karena Allah pun tak pernah memaksa manusia untuk beriman ("Tidak ada paksaan untuk [memasuki] agama [Islam]; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat..." QS 2:256; "...barangsiapa yang ingin [beriman] hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia kafir..." QS 18:29). Namun jangan diabaikan bahwa tiap muslim perlu mengambil sikap tegas jika hak manusia, terutama kaumnya, untuk mendapatkan keterangan tentang Islam, dirampas kaum zhalim("Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah, padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul [melemah-lenyapkan apa yang dibawa Rasul, atau menghalangi manusia dari jalan Allah dan berusaha membengkokkan yang disampaikan Rasul] dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?", QS 9:13).

Kaum fasiq selalu sibuk membangun citra. Mereka adalah pembuat branding terlicik, sehingga Barat yang hakekatnya pengembang peradaban Yhd menjadi tolok ukur kemajuan dunia. Dalam bahasa populer, mereka memainkan politik makna, yang diterapkan pada nation branding. Lebih mendasar lagi, mereka memainkan politik keilmuan (kebudayaan) yang sangat halus namun mematikan benih-benih Islam di mana pun. Contohnya, membengkokkan tujuan hidup manusia dari akhirat menjadi duniawi saja. Berfikir hati secara qur'ani, dibengkokkan menjadi berpikir dengan kedengkian logika-nafsu; ketauladanan para nabi dibengkokkan sehingga ummat Islam lebih suka merujuk pemikiran para filsuf dari kaum fasiq, dan seterusnya. Jarang ada yang mengungkap, bahwa ternyata ada jaringan FM tak tampak yang lewat keilmuan dan lembaga pendidikannya, bahkan telah mengkerangkeng pola pikir dan mentalitas bangsa Indonesia secara sangat kuat, terutama sejak 140 tahun yang silam (lihat gambar pada animasi di bawah).

Kini mereka telah menguasai jaringan informasi dari tiap jengkal tipu-daya, dan akan terus berupaya meningkatkan cengkeraman kekuasaan kebudayaan (millah, pola pikir, mentalitas) mereka atas umat manusia. Di baliknya, terkandung maksud dan tujuan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan, termasuk alam. Sebetulnya, apa filosofi kegiatan mereka dan bagaimana cara mengoperasikannya? Silakan mengikutinya pada sajian animasi di bawah. Cermati siapa sesngguhnya "dua elang" dalam lambang FM itu tingkat teratas itu.





Untuk koneksi internet rata-rata, diperlukan waktu pengunggahan program sekitar 30 detik (tombol di kiri bawah berfungsi tuntas), kami mohon maaf telah membuat Anda menunggu -Admin.


Naskah/narasi: Taufik Thoyib dari berbagai sumber; animasi: Glagah Nuswantara.

3 komentar:

  1. Ass.wr.wb.
    Setuju sekali pak..., ini baru sip. insya Allah:

    "Dan bukankah tak mustahil pula ada maksud mengadu-domba dua bangsa muslim bersaudara-serumpun Indonesia dan Malaysia? Waspadalah! Perbedaan antarmuslim tak perlu diperuncing; kesamaan dalam bertauhid-lah yang perlu diperjalinkan dengan silaturahim saling mengasih-sayangi, menghargai kelebihan pihak lain sambil mengakui segala kekurangan diri. Itu yang diperlukan untuk membangun satu pandangan perjuangan muslim."

    Mengapa para pemimpin kita tidak mau mengambil langkah penjernihan suasana ya,... abdi mah heran,,.. minim kan pucuk pimpinan ormas Islamnya, gitu loh.

    Eep Kunaefi, mangeep23@hotmail.com

    BalasHapus
  2. Rukma_NP@yahoo.co.id8 Agustus 2011 pukul 08.43

    Ass wr wb. Terima kasih, info ini memang diperlukan bagi kita agar senantiasa dapat menggunakan hati dan akal fikiran untuk berjuang menegakkan agama yang dirahmati Allah hungga yaumul akhir. Wass wr wb

    BalasHapus
  3. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.