Rabu, 04 Agustus 2010

Memahami Ka'bah dari Teori Pythagoras dan Warisan Fir'aun?


Renungan di Gerbang Ramadhan (3)

Memahami Ka'bah dari Teori Pythagoras dan Warisan Fir'aun?

Di media internet, beredar berita bahwa kedudukan Ka'bah ternyata sesuai dengan "Golden Ratio" (Pythagoras). Benarkah? Marilah menelaahnya secara jeli, tanpa perlu masuk ke pembahasan teknis. Bilangan dasar penghitungan itu (φ) ternyata telah dihitung hingga sejuta angka di belakang koma, tapi hingga saat ini tetap tak dapat dipastikan sebagai sebuah konstanta.

Bulan Romadhan juga bulan peperangan melawan kebathilan. Kebathilan diri kita sendiri, dan lingkungan kita. Kami mengajak anda untuk menelaahnya secara kritis dalam bentuk sajian multimedia interaktif. Kami berharap kita dapat bersama, bahu-membahu menegakkan yang haqq. Di bagian akhir, kami sekedar melontarkan imbauan atau pertanyaan. Mengapa ummat Islam terbuai ikut mengiyakan Pythagoras? Mengapa justru tak menetapkan Ka'bah sebagai rujukan waktu-ruang? Mengapa mengikuti Greenwich? Ide siapakah itu?

Dalam waktu singkat, insya Allah kami akan luncurkan pula versi video yang dapat Anda unduh dan sebarluaskan. Kami mohon maaf karena versi swf ini sementara tak dapat diunduh, disebabkan keterbatasan pelayanan server kami. Untuk mengikutinya, silakan klik tombol "Baca Lanjut" di bawah. Untuk koneksi internet yang cukup baik, Anda memerlukan kurang-lebih 20 detik waktu unggah -Admin, Glagah Nuswantara.





13 komentar:

  1. dalam konteks kafir dan tidak, adakah "kebijaksanaan" kafir yang dapat dipakai oleh non kafir? kalau ada bagaimana cara menyikapinya? terima kasih

    BalasHapus
  2. Pengetahuan dan ilmu yang belum bertauhid, diubah-hijrahkan secara bertahap menjadi bertauhid. Jadi, artikel di atas bukan hanya persoalan beriman atau kafir. Tetapi, sebetulnya persoalan menghijrahkan. Mengetahui dengan pasti beda tegas antara yang haqq dan bathil, itu sudah sukar. Lebih sukar lagi, menghijrahkan yang bathil menuju yang haqq, karena hanya yang menempuh hidup haqq saja yang selamat. Tapi, sebagaimana tauladan rasul, bukankah keselamatan bukan untuk diri sendiri? Nah, masalahnya, sudah cukup memadaikahkah persiapan ummat Islam untuk menghijrahkan kaumnya masing-masing? Jadi jalur menghijrahkan itu adalah juga jalur jihad berupa upaya penuh kesungguhan, agar diri sendiri dan lingkungan kaumnya sama-sama selamat. Di dunia hidup bersama/komunal/bantu-membantu untuk saling menyelamatkan, di akhirat hidup individualistik mempertanggung-jawabkan amal masing-masing. Demikian, semoga memuaskan. Taufik Thoyib (kajianbudayailmu@yahoo.com).

    BalasHapus
  3. saya tertarik pada tulisan bapak "Mengapa justru tak menetapkan Ka'bah sebagai rujukan waktu-ruang? Mengapa mengikuti Greenwich? Ide siapakah itu?". saya orang ndeso yang tidak makan bangku kuliah, terbesit dalam benak saya, "okey, akan saya pakai ka'bah buat rujukan waktu", sayapun mencari perbandingan antara waktu di Saudi arabia dan WIB, dan akan saya pergunakan khusus dalam rumah saya. tapi itu tidak bisa, karena yang sebagai rujukanpun (Mekkah) memakai rujukan Greenwich juga. Dalam kebuntuan pemikiran saya yang ndeso ini, saya ingat ketika waktu kecil pada mbah-mbah jaman dulu yang sangat fanatik dengan jam istiwaq. tapi saya belum tahu banyak mengenai istiwaq. Terima kasih.

    BalasHapus
  4. Ass.wr.wb.,
    Alhamdulillaah, ada yang tergerak. Kami bukan ahli agama, juga bukan ahli falak. Sejak delapan tahun yg lalu, saya upayakan untuk mendapat kontak dengan para ahli falak baik di Indonesia maupun di luar negeri. Tanya sana-sisi, namun hasilnya masih nihil; beberapa rekan menyerah. Saya berharap saudara-saudara muslim yang punya keahlian ilmu bumi/falaklah yang akan mempelopori perubahan itu. Islam mesti menjadi pedoman muslim mengkhalifahi dunia. Bagi kita yang awam dalam hal falakiyah, tentu tidak mampu untuk berbuat sejauh itu. Bagi kita, sudah sangat baik untuk melestarikan cara penghitungan jam istiwa' (yang di masjid-masjid tua malah saya saksikan, banyak yang tak cukup baik perawatannya). Paling tidak, dengan merawatnya, kita tidak fanatik-buta thd Greenwich. Kami pun belum ada yang mendalami/belajar khusus tentang jam istiwa', mohon maaf atas keterbatasan kami. Apabila kami mempunyai informasi cukup, akan kami sampaikan. Mohon e-mail bapak. Suatu saat nanti, selama kaum muslim memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan, yang haqq pasti muncul pak. Yang bathil pasti lenyap. Salam hormat, Galih W. Pangarsa.

    BalasHapus
  5. Asslm..
    Rasulullah Muhammad SAW bersabda: makanlah ketika terasa lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang. Sementara itu terdapat 'teori-pengetahuan umum' yang mengharuskan pola makan 3x sehari: pagi, siang dan malam.
    Maka bisa kami katakan bahwa pandangan teori pitagoras - fir'aun digunakan untuk memahami hal ihwal KA'BAH dan juga berbagai perihal ayat-lain di kehidupan diPASTIKAN akan menimbulkan berbagai ketimpangan dan kepincangan. Apa pasal? karena teori pitagoras-fir'aun mustahil bertolak dari nilai2 yang HAQ. Bagaimana akan bertolak dari yang HAQ? Sementara diri mereka justru memproklamirkan sebagai tuhan. Padahal kebenaran itu datangnya dari RABB. Allah SWT.
    Walhasil..teori, saran, pandangan dan juga prilaku yang tidak bertolak dari nilai yang HAQ dipastikan akan menimbulkan berbagai ketimpangan, kedzaliman, kerusakan. Pertanyaannya bagaimana potret kehidupan sekarang ini terbentang di hadapan mata? Dalam bentuk yang SERASI, SELARAS, BERKESETIMBANGAN? ATAU JUSTRU SEBALIKNYA!!
    Jadi 'teori' ruang dan waktu 'makan' 3 x sehari perlu juga kita geser dengan budaya makan ketika lapar, berhenti makan sebelum kenyang..Jazakumullah. Mohon maaf atas kesalahan dan kehilafan. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kekuatan dan kemudahannya dalam menjalani kehidupan ini. Marhaban Ya.. Romadlon.. Wassalam.

    BalasHapus
  6. Wa'alaikum salam wr wb.,

    Tepat sekali, seluruh aspek kehidupan manusia sudah terjungkir balik. Yang haqq dipandang salah, yang bathil justru jadi tolok ukur kemajuan (maju makin dekat neraka...). Yang mengkhalifahi ummat manusia sekarang sebenarnya YHD-NSR. Millah (pandangan hidup/keilmuan, kebudayaan-peradaban)-nya diikuti hampir seluruh manusia.

    Di zaman ini, kekhalifahan ummat manusia mesti diambil alih (kembali) oleh kaum muslimin. Inilah agenda bersama. Sayangnya belum ada kekompakan derap langkah. Bukan membuatnya sebagai satu negara. Yang sangat penting ialah agar nilai-nilai islami-lah yang memimpin kehidpan manusia dan semesta. Bila dipimpin millah mereka, pasti terjadi kerusakan total (bahkan bisa saja qiyamat qubra).

    Dari mana kita mulai? Dimulai dari dari diri sendiri, sekaligus mengimbaskannya ke lingkungan. Kita kembalikan (perangi) hal-hal bathil (sekecil apapun) yang mampu kita jangkau (sesuai kesanggupan masing-masing) kepada sunnah Allah dan Rasul-Nya. Itulah jihad yang pasti berbuah perbaikan.

    Mem-furqan sesuatu hingga tampak jelas-tegas haqq-bathilnya, lebih mudah daripada menghijrahkan sesuatu dari yang bathil menuju yang haqq. Minazh-zhuluumati ilaa nuur.

    Kami juga mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak-tepatan janji kepada pembaca semua, termasuk pak Lukman. Terimakasih.

    Galih W. Pangarsa
    Koordinator

    BalasHapus
  7. Bismillahirrahmanirrahim........................Allaaaaaaaaahu Akbar 3x

    yun'am218@gmail.com

    BalasHapus
  8. Jazakumullah khairan katsiiraa, takbir anda menambah kekuatan takbir kami yang sedikit. Semoga barokah Allah tercurah selalu kepada anda. Admin -Glagah Nuswantara (kajianbudayailmu@yahoo.com).

    BalasHapus
  9. alhamdulillah, sudah lama saya tunggu kedatangan beritanya, akhirnya muncul jua. Doakan agar silaturahmi terjalin kembali. Salam dari anak jenengan syaiful bahri - anik purnawati dulu di tegal gondo sekarang di ponorogo tepatnya smk pemkab ponorogo

    BalasHapus
  10. Assalamu'alaikum wr.wb., Alhamdulillah, semoga kontak silaturahim bertambah luas dan kuat. Salam dari sahabat-sahabat di Malang. Taufik Thoyib

    BalasHapus
  11. maaf kayaknya anda ada yang keliru. phi golden ratio=1,618 dan diperoleh dari deret ukur fibonaci sedangkan pi phytagoras 3,14 dari 22/7. terimakasih

    BalasHapus
  12. Jazakumullah kr.kts. Benar koreksi Anda, memang lebih rincinya demikian. Kami potong kompas saja, dengan menghubungkannya ke "golden pyramid" (Giza dan beberapa piramid Fir'aun, yang mempnyai "shape" 3:4:5, sebagaimana yang rumusan segitiga siku Pythagoras). Ternyata jawaban terhadap pertanyaan Anda telah ada bila Anda "menghover" (meletakkan kursor di atas) judul artikel "Memahami Ka'bah dari Teori Phytagoras", pada menu "Ringkasan Tulisan 1431H" di kolom kanan atas. Untuk itu Anda perlu mengklik tombol "Sya'ban". Namun demikian, bila telah sempat, insya Allah nanti kami tambahkan detilnya, agar lebih jelas. Sekali lagi terimakasih. Salam, Glagah Nuswantara.

    BalasHapus
  13. < Tambahan jawaban ttg Pythagoras, sambil menjawab pertanyaan Bpk. Ruslan Bachtiar 2 November 2010 09.17 di "Menghancurkan Kesombongan Bangunan Millah " (Sabtu, 30 Oktober 2010) >

    Assalamu'alaikum wr.wb. Tidak mengapa, sepanjang dalam batas kemampuan, sudah menjadi kewajiban kami membantu.

    Allah telah menjadikan Ka’bah rumah suci itu pusat (qiyaamaa) bagi manusia... (QS 5:97). Hadits-nya riwayat Abdullah Umar: ”Tatkala Allah menurunkan Adam dari surga, Dia berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan bersamamu satu rumah dan tempat perhentian yang akan dikelilingi (thawaf) di sekitarnya sebagaimana arasy-Ku dikelilingi. Kemudian dia dijadikan tempat sholat...” Itulah satu-satunya tempat (titik) di muka bumi sebagai rujukan waktu-ruang (kiblat sholat; sedangkan sholat sudah ditentukan waktunya; jadi Ka'bah adalah titik referal/rujuan waktu-ruang, bukan Greenwich yg menjadi GMT).

    Perbandingan antara tinggi piramida-piramida Fir'aun (Giza dan lain-lainnya) diukur ke bidang dasar [h], dengan jarak antara titik proyeksi puncak itu di dasar tegak lurus ke titik tengah sisi bujur sangkar dasarnya [b], dan dengan jarak antara titik tengah sisi dasar itu ke puncak pada bidang miring atau sisi miring piramida [a] mempunyai rumusan tertentu. Rumusan itu ialah b:h:a = 1:√φ:φ, atau 3:4:5, atau 1:4/л:1,61899.

    Demikian kami sekaligus menjawab tuntas komentar dari Anonim yg mengatakan... " maaf kayaknya anda ada yang keliru. phi golden ratio=1,618 dan diperoleh dari deret ukur fibonaci sedangkan pi phytagoras 3,14 dari 22/7. terimakasih", ditulis pada 17 Oktober 2010 12.56, pada "Memahami Ka'bah dari Teori Pythagoras dan Warisan Fir'aun?" Karena yang kami maksud ialah pemakaian rumus Pitagoras pd piramida (khususnya rumus segitiga siku pada penampang tegak lurus piramida Fir'aun, bukan hanya pemakaian φ dan л.

    Ada satu lagi kriteria Nusantara: daerah bersungai-sungai, sbgmana gambaran surga dlm Al Qur'an. Sungai-sungai hanya terdapat di daerah pulau-pulau Nusantara. Jadi Australia tidak tidak termasuk Nusantara dan berbeda ciri masyarakat alam dan manusianya.

    Demikian, semoga bermanfaat. Glagah Nuswantara -Admin.

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.