Kamis, 22 April 2010

Kebodohan Membuat Manusia Buta terhadap Kasih dan Peringatan Allah




...dropcap M...
arilah kita merenungkan bersama, apa maksud Allah mengucurkan rahmat petunjuk baik yang tak langsung Al Qur’an dan Al Hadits maupun yang langsung berupa berbagai jenis keilhaman? Tidak lain, agar di setiap saat dan tempat petunjuk-Nya itu dapat digunakan untuk membebaskan kehidupan ummat dari belenggu kebodohan. Kehidupan zaman ini belumlah lepas dari kebodohan. Yang disebut orang bodoh itu bukanlah orang yang tidak dapat membaca, atau orang-orang yang tidak dapat menggabungkan sari-pati berbagai macam pandangan manusia. Justru manusia yang paling bodoh atau paling jahil adalah manusia yang hanya bisa merujuk, mengutip, mengambil dari sana-sini pandangan atau apa yang ditulis orang lain. Manusia yang dalam hidupnya hanya bisa mengutip rujukan dari sesama manusia itulah, manusia yang haqiqatnya tidak dapat memahami, apalagi merasakan kasih Allah. Bukankah kasih Allah sudah pasti meliputi pula petunjuk-Nya?

...menunggu gambar...Sebenarnya ummat Islam takkan pernah bersikap hidup suka mengambil dan membebek sari-pati pola-pandang Yhd, bila hati mereka peka terhadap peringatan Allah, secanggih apapun yang mereka sajikan menurut pandangan kasat mata-kepala manusia. Apa wujud peringatan Allah? Setiap ummat Islam melakukan perujukan, pengutipan, atau pembebekan pola-pandang Yhd, pasti Allah biarkan mereka mengalami berbagai hambatan: sejak dari kesulitan mempelajari buku-buku, kejenuhan membacanya, sampai pada keputus-asaan melaksanakan "teori-teori tinggi" dari buku-buku itu pada kehidupan nyata. Begitu pula, setiap ada penyimpangan sikap hati maupun sikap hidup manusia, Allah senantiasa memberikan peringatan. Bila peringatan itu tidak dipedulikan, maka cepat atau lambat diri manusia pasti akan sampai di titik kebodohan atau kejahilan. Berarti siapapun manusianya, yang pakaian hidupnya atau yang selalu muncul dalam kehidupannya adalah kebodohan, adalah mereka yang sikap hati maupun sikap hidupnya banyak menyimpang terhadap Allah. Itu sebuah pertanda yang sifatnya pasti.

Sikap Allah yang senantiasa membimbing dan menjaga manusia agar tetap berada di atas garis kelurusan juga merupakan bukti bahwa Allah paling tidak suka bahkan sangat benci dengan hal-hal yang berbau kebodohan. Mengapa kebodohan paling tidak Alllah sukai, sebagaimana firman-Nya Surah Yunuus Ayat 100: ”Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan idzin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan (membiarkan mereka kotor dalam kebodohan) kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”?Karena kebodohan itulah yang akan membuat manusia buta terhadap kasih dan peringatan Allah. Berapa banyak sudah jumlah manusia termasuk ummat Islam yang selama ini buta terhadap kasih Allah? Jika terhadap kasih Allah saja manusia tak mampu memandangnya, apalagi terhadap peringatan Allah. Tentu manusia makin buta lagi. Apa bahaya yang mengancam manusia buta hati terhadap ayat-ayat Allah?



Bahkan bahaya besarlah yang mengancam manusia yang buta terhadap peringatan Allah. Yaitu, ketika tanda-tanda atau bahkan adzab yang Allah turunkan, justru dianggap atau dikira sebagai kemurahan rahmat belas-kasih Allah. Akibatnya, tidak sedikitpun tergores di hatinya untuk bersegera bertobat dan meminta maaf kepada Allah. Gambaran manusia seperti itu Allah nyatakan dalam firman-Nya Surah Al Ahqaaf Ayat 24, yang artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: ’Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’. (Bukan)! bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung adzab yang pedih”. Manusia yang tidak dapat merasakan kasih dan peringatan Allah, di dalam setiap perkara, ia pasti selalu berprasangka atau mengira. Sudah terang adzab yang diturunkan, malah dikiranya sebagai penghargaan Allah bagi dirinya.

Merasa selalu benar: perbuatan yang teramat bodoh lagi jahil

Jika manusia-manusianya buta hati, maka pasti yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya adalah perusakan tatanan kehidupan yang bersifat kesemestaan. Dalam hal ini bukan saja tatanan kehidupan manusia yang dirusak, tetapi tatanan kehidupan semesta tidak luput dari sasaran kerusakan kebodohan manusia. Salah satu bukti kebutaan-hati manusia yang tak dapat diingkari ialah telah muncul susul menyusul permasalahan, kesulitan, sekaligus kerusakan hidup di mana-mana di negeri ini. Sayangnya, tidak juga muncul kesadaran sekalian anak negeri ini untuk bertaubat kepada Allah. Bertaubat bukan hanya lisan, tetapi dalam arti kembali pada ketetapan Allah. Inilah bukti bahwa manusia telah buta terhadap kasih dan peringatan Allah.

Kasih dan peringatan Allah tidak dapat dibeda-bedakan, karena merupakan satu mata rantai.Yaitu, untuk menjadikan manusia selaku wadah peletakkan cinta Allah. Buktinya, turunnya suatu peringatan pada diri seorang hamba sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya, atau pada sekelompok masyarakat bangsa, adalah perwujudan rasa kasih dan cinta Allah kepada manusia.

Maksud Allah memberikan peringatan kepada manusia, adalah agar manusia tidak terjebak dalam kesengsaraan hidup. Namun, bila peringatan itu diabaikan, bahkan dipandang tidak diperlukan untuk mendorong ia bertaubat dan minta maaf, maka janganlah ia menyesal bila dalam perjalanan hidup, yang dijumpai hanyalah kepedihan. Bila di suatu tempat banyak dijumpai permasalahan yang tak teratasi, bencana hidup datang silih berganti, itu adalah pertanda pasti, bahwa kehidupan masyarakatnya adalah kehidupan masyarakat yang bodoh. Pertama, bahwa masyarakatnya suka hidup dengan pola anggapan dan perkiraan. Kedua, bahwa masyarakat tersebut tidak pernah menghiraukan peringatan-peringatan yang Allah sampaikan melalui tanda-tanda, disebabkan kesombongannya: merasa dirinya selalu berbuat benar.

Sesungguhnya manusia yang suka merasa telah melakukan sesuatu secara benar, adalah manusia yang teramat bodoh lagi jahil. Apabila suatu masyarakat atau ummat tidak lagi dapat memahami peringatan dari Allah, mereka pasti tidak dapat mengenal-Nya secara penyaksian-pasti (ma’rifat terhadap-Nya). Boleh saja manusia merasa dapat mengenal Allah secara pengetahuan, tetapi haqiqatnya apa yang diketahuinya itu tidak lebih dari pada sekedar anggapan atau perkiraan saja. Pengenalan yang hanya didasari oleh pengetahuan semata (perkiraan atau sangkaan) belum dapat menghantarkan seorang hamba pada jenjang mengenal secara pasti. Bagi orang-orang beriman, tanda-tanda yang senantiasa Allah berikan akan terpandang sebagai rahmat yang tak terhingga. Bagi mereka, tanda-tanda itu merupakan bagian dari pada rahmat karunia Allah.

...menunggu gambar...Tulisan ini adalah rangkuman kajian Ki Moenadi MS di Malang pada tahun 1419 H (1998) merupakan bagian kedua dari judul "Fithrah Manusia: Ingin Mengetahui Yang Haqiqi". Editor: Taufik Thoyib.


10 komentar:

  1. Bagi orang-orang beriman, tanda-tanda yang senantiasa Allah berikan akan terpandang sebagai rahmat yang tak terhingga. Bagi mereka, tanda-tanda itu merupakan bagian dari pada rahmat karunia Allah.Sudahkah....????

    BalasHapus
  2. Asswrwb.,
    Tulisan ini memang sudah selesai pada batas itu. Serinya adalah: 1) Fithrah Manusia: Ingin Mengetahui Yang Haqiqi 2) Kebodohan Membuat Manusia Buta terhadap Kasih dan Peringatan Allah. Sementara, kebijakan redaksional kami adalah agar pembaca tidak "mudah lelah" mengikuti tulisan yang terlalu panjang. Demikian, sehingga satu naskah yang kami lihat cukup panjang, "terpaksa" kami jadikan lebih dari 1 sajian artikel. Apakah kebijakan ini sudah tepat atau belum, mohon masukan bapak/ibu. Jazaakumullaah khairaan katsiira.

    BalasHapus
  3. aslm..

    saya pernah mengikuti kajian Alm. bapak Ki Munadi di malang.. memang saat ini umumnya kilmuan berpatokan pada garis.. semoga Allah mengilhamkan KeilmuanNya pada hamba2 pilihanNya untuk menerangi alam semesta agar kembali sesuai fitrahnya..

    robi_hs@yahoo.com

    BalasHapus
  4. Wa'alaikum salaam wr. wb.,
    Jazaakumullaah khairan katsiiraa. Amiin. Jika tak terlalu merepotkan, mohon kiranya ikut menyebarluaskan isi web ini. Bkan untuk popularitas/selebritas, tetapi insya Allah, agar kemanfaatannya lebih luas.
    Taufik Thoyib

    BalasHapus
  5. assalamu'alaikum...pak taufik dan seluruh sahabat kajian budaya ilmu di Malang dan dimanapun berada, semoga Alloh yang maha Lembut karuniakan kebersamaan hati nan abadi tu' tatap masa depan perubahan tatanan peradaban yang dipimpin oleh pemimpin semesta alam yang taat pada Ilahi Robbi....aaaamiin,,,heru-samarinda

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, Akhirnya bisa ketemmu web site ini. Rasanya kangen ingin kembali ke Malang, merasakan Indahnya berkumpul dan mengkaji ke ilmuan bareng di Badiyo. Bagaimana khabar Yayasan Badiyo sekarang ya, sepeninggal Ki Munadi ? Bagaimana khabar pengurus, Pak Taufik, Pak Heru, Pak Lutfi dll. Trus untuk tanya Juz sekarang ke siapa ? Jazaakumullah . Saya Rosy Prihananto, Juz 14.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iki Rosyi arek POLTEK tah?

      Hapus
    2. waktu adalah kebenaran murni nan abadi... jadi walaupun trus ada upaya sistemik dari kejahatan untuk mengkotorinya namun kebenaran murni akan tetap ada... jangan khawatir mas rosy untuk tanya tentang juz sampiyan bisa hubungi pak lutfi,, wassalamualaikum heru samarinda

      Hapus
  7. Maaf, bapak ki munadi sehat wal afiat kah??

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.