Sabtu, 30 Oktober 2010

Menghancurkan Kesombongan Bangunan Millah YHD

Kerusakan alam yang tampak sebagai bencana haqiqatnya adalah akibat ulah perbuatan manusia (QS 30:41). Ada dampak yang tak dapat segera tersaksikan secara langsung atau seketika, tapi ada pula yang sangat jelas membuktikannya. Semua terjadi karena ketamakan segelintir anak bangsa yang tega menjual-gadaikan tanah-air ini untuk keuntungan dan kemuliaan dirinya. Jika pemimpin bangsa ini tak juga menyadari perlunya bertaubat kepada Allah, pasti peringatan yang lebih keras akan dilangsungkan-Nya! -Admin



Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran (kemuliaan) yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS 40:56).


...dropcap S...

aksikanlah bahwa rantai bencana-kesulitan tampaknya belum akan segera berakhir di negeri ini. Dapatkah hati yang masih dilingkupi kotoran-kebodohan menerimanya sebagai pelajaran untuk mengawali perbaikan? Pasti tidak. Apa penyebabnya? Di negeri ini, berapa banyak jumlah manusia yang dengan segala cara tunggang-langgang jungkir-balik berpacu waktu, masih sangat sibuk mencari-dapatkan nilai kemuliaan bagi dirinya? Tak ada kepedulian terhadap kaum lemah. Saksikanlah, di hadapan bencana yang telah terjadi sehari-hari, para petinggi rakyat justru sibuk berlomba membangun monumen kemewahan untuk menunjukkan kemuliaan diri dan kelompoknya.

Alam: kaum paling lemah

Marilah menyadari bahwa peradaban individualistik yang diajarkan oleh millah Yhd mengarahkan manusia saling bersaing untuk menjadi yang “termulia”. Di dalam peradaban duniawi Yhd, diperlombakanlah predikat paling pandai, paling berilmu, paling paling berkuasa, banyak hartanya, gagah-perkasa atau cantik-jelita, paling mulia, dan paling suci berjubahkan pahala-jasa. Para peserta lomba akan sangat bangga bila dipuji, apalagi di tengah-tengah khalayak ramai. Bahkan jika perlu, pengkhianat bangsa pun direkayasa menjadi pahlawan, agar anak-turunnya ikut memperoleh kemuliaan. Segala cara akan ditempuh, agar dirinya memperoleh kemuliaan. Inti ajaran millah Yhd ialah agar manusia tak mengabdi Allah, namun dipuja sesamanya; Yhd bahkan berusaha agar bangunan mengesakan Allah di mana pun menjadi hancur.

Meski demikian, di tengah-tengah panen bencana-kesulitan, ada yang pantas dipertanyakan: belum cukupkah kaum lemah di negeri ini menjadi korban ambisi para petinggi? Korban bukan hanya dari kalangan manusia saja. Bukankah alam adalah makhluq terlemah, karena tak berakal? Akan teruskah, demi keuntungan pribadi dan kelompoknya, manusia yang berakal merusaknya dengan ilmu dan kekuasaan yang semena-mena?



Alam Indonesia nan subur makmur (awalnya) adalah karunia Allah bukan hanya untuk bangsa negeri ini, tapi bagi ummat manusia sedunia yang rela dan memperjuangkan hidupnya lurus-menuju Allah. Alih-alih lurus pada Allah, justru tak sedikit manusia yang mengharapkan dirinya dipuja-puja sesama, meski oleh segelintir, bahkan oleh seorang manusia. Sebaliknya, kecewa jika dicela dan dihina, bahkan putus asa apabila merasa tak diperhatikan. Sebenarnya, itu adalah wujud mencari, mengemis atau bahkan memaksa mendapatkan kemuliaan diri. Bukankah peradaban memperbesar kesombongan untuk pemuliaan diri demikian ini yang ditumbuh-kembangkan oleh Yhd dengan millah atau pola pikirnya? Amatilah perlombaan prestasi-prestise ajaran millah Yhd, sejak dari tingkat pendidikan dasar sampai tinggi, dari lingkup kebanggaan keluarga sampai nasional, dari tingkat sayembara kampung sampai dunia. Yhd mengajarkan agar diri manusia dipuja-puja sesama.

Tapi bukankah tak jarang terjadi, bukan kemuliaan yang diperoleh manusia tetapi justru serangkaian penyesalan, kekecewaan, kecemasan-kekhawatiran dan rasa putus-asa demi putus-asa yang terus menerus melilit dan mengikat perasaan-hati? Itulah yang didapat oleh orang-orang yang jungkir-balik mencari dan mendapatkan nilai kemuliaan bagi dirinya. Padahal jelas, dalam sholat yang diucapkan di hadapan Allah ialah ”attaahiyatu lillaah”, segala kehormatan (kemuliaan) adalah milik Allah. Peradaban Yhd justru mengarahkan manusia agar segala kehormatan lingkungan, tertuju kepada dirinya. Peradaban Yhd adalah peradaban meng-ilaah-kan diri sendiri.

Bisa jadi, bila penghormatan atas diri itu didapatkannya, maka kesenangan dan keberhasilan sesaat dirasakan nafsu. Namun apa daya, kemuliaan semu itu lenyap-sirna tanpa meninggalkan bekas, kecuali berujung-akhir pada lilitan kesulitan yang menghinakan dan menyengsarakan diri. Hal demikian terjadi karena nilai kemuliaan diri yang dikejar baru sebatas pandangan anggapan pendapat logika-diri. Artinya, kemuliaan yang dikejar hanya diukur dari sudut pandangan nafsu.

Bagi nafsu yang belum terkendali Al-Qur’an, apapun dan bagaimanapun langkah-kegiatan nafsu yang beranggapan bahwa ia telah berhasil merangkul kemuliaan diri, pada akhirnya pasti justru akan berujung pada kehinaan seburuk-buruknya diri. Bahkan kehina-burukan yang dicapai manusia melebihi tingkat kehinaan makhluq binatang. Sebagai tersirat dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya binatang (makhluq) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir karena mereka itu tidak beriman” QS.8:55. Kafir bukan secara aqidah, namun juga berarti bila seseorang menolak atau menutup diri untuk menghiasi pribadinya dengan akhlaq indah-terpuji sebagaimana yang diajarkan para Rasul-Nya. Salah satu akhlaq terpuji yaitu tak lagi mengandalkan kemampuan diri, tetapi menyandarkan dirinya yang serba lemah tak berdaya pada kekuasaan Allah, disertai keyakinan dan upaya gigih agar pantas mendapat pertolongan Allah untuk perbaikan dirinya.

Menghadapi gerakan gejolak nafsu

Manusia yang seharusnya mengendalikan gerak langkah kegiatan nafsunya dinyatakan sebagai binatang makhluq paling buruk bila ia justru diarah-tentukan oleh nafsu. Dalam wahyu Al-Qur’an, manusia telah diimbau dan diingatkan agar berjihad menghadapi gerakan nafsu yang ada dalam dirinya sendiri. Bahkan ditegaskan pula bahwa jihad yang paling besar adalah jihad menghadapi gerakan gejolak nafsu yang ada pada diri.

Sifat manusia demikian adalah sebagaimana sifat binatang. Selalu saja hendak melanggar pagar-pagar ketentuan yang telah ada. Meskipun telah diberi dan diarahkan pada makanan yang telah tersedia dengan baik, tetapi binatang tetap saja bersikap menabrak batas-batas ketentuan. Demikian pula tabiat nafsu manusia. Apabila dari kecil tidak pernah mendapatkan arah-pengendalian nafsu yang sesuai kaidah Qur’ani, pasti gerakannya cenderung melanggar kaidah-norma Qur’ani.

Dapatkah dinyatakan nafsu yang suka menabrak-nabrak batas-aturan dinyatakan sebagai nafsu seorang yang berkemuliaan? Dapatkah diri seseorang dikatakan mempunyai nilai kemuliaan jika perasaan-hatinya tidak pernah menikmati ketenangan dan kedamaian hidup? Jika ketenangan dan kedamaian dalam menjalankan kehidupan tidak diperolehnya, sudah barang tentu akan lebih sulit untuk mendapatkan ketepat-pastian dalam melangkah-nyatakan kegiatan. Dalam segala hal, yang dijadikan sebagai alat pendorong kegiatan hanyalah anggapan berpraduga-sangka. Anggapan duga-sangka ini sampai kapanpun tidak akan pernah memberikan hasil secara tepat-pasti, kecuali memberikan rentetan penyesalan dan kecewaan.

Kekecewaan adalah siksa

Padahal kekecewaan yang terus-menerus berlangsung serta penyesalan dan rasa takut-cemas-khawatir yang berulang kali terjadi di dalam diri merupakan bagian dari siksaan terhadap perasaan-hati. Alangkah naifnya! Seorang manusia berhasrat hendak merebut-raih nilai kemuliaan diri ternyata justru memperoleh siksaan perasaan-hati. Jika saja ia mau merenung sesaat dengan kebersihan jiwanya, maka sesungguhnya di balik rasa kecewa, putus asa, khawatir-cemas dan penyesalan yang terus menerus berulang-kali terjadi merupakan bagian dari isyarat teguran Allah terhadap diri seorang hamba yang telah banyak menyimpang dari kelurusan jalan hidup yang Allah tentukan. Terutama teguran itu tertuju pada kesombongan dirinya. Hal yang sama terjadi pada skala bangsa.

[Bagian pertama dari satu seri terdiri dari dua tulisan]

Dirangkum dengan beberapa tambahan informasi aktual oleh Taufik Thoyib, dari ceramah-kajian Ki Moenadi MS di Malang, 11 Januari 2000.

Perlu perhatian sangat khusus terhadap peringatan yang tajam dan keras dari Allah terhadap bangsa ini, lewat berbagai bencana. Karena itu kami mengelompokkan tulisan-tulisan lain terkait tema bencana yang telah terbit di weblog ini, sebagai berikut:

Bencana-Permasalahan Berantai: Perlawanan Bumi terhadap Penyandang Ilmu Rekayasa dan Penguasa Berkuasa (Selasa, 19 Oktober 2010)
Kebodohan Membuat Manusia Buta terhadap Kasih dan Peringatan Allah (Kamis, 22 April 2010)
Peringatan Bencana Gagal Dimengerti Hati Buta (Kamis, 15 April 2010)

10 komentar:

  1. Assalamu'alaikum wr. wb.
    Melihat slide picture di atas, masya Allah.....! begitu rupanya mereka mengeruk alam negar ini. Lalu apa sebaiknya yang bisa saya pribadi perbuat untuk negara ini? sedangkan saya hanya rakyat kecil pinggiran?
    (Yusuf Rudianto) maaf saya belum punya email...

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum wr wb
    yang terjadi di merapi,mentawai,wasior,anak krakatau dll itu akibat kita, masyarakat sekitar, apa karena sebab lain? seperti penjelasan hasil analisis para pakar/peneliti2 ilmu bumi (berita2 di media)?

    Apakah gunung2/alam saling bersaudara? sehingga ketika melihat salah satu saudaranya yang di irian di keruk habis2an (tayangan slide diatas)lalu si Merapi marah2?? ataukah bagaimana?
    wassalam (ruslan_bachtiar@yahoo.com)

    BalasHapus
  3. Kpd Bpk Yusuf Rudianto
    Wa'alaikm salam wr.wb

    Jazaakumullaah tangapan bapak. Yang penting tiap individu bertaubat. Adapun bagi yang tak mempunyai posisi sebagai pemimpin formal, tetap dapat ikut andil dengan skala pribadinya. Misalnya, di lingkup keluarga (minimal), ketetanggaan/kampung, kanto, dst. Hijrah dari semua aspek kehidupan yang belum/tidak islami menjadi islami atau meningkat kualitasnya.

    -------------------------------

    Kpd Bpk Ruslan Bachtiar,
    Wa'alaikm salam wr.wb

    Jazaakumullaah pula atas pertanyaan bapak. Semesta termasuk bumi adalah satu rajutan ketenagaan, yang bergantung pada manusia. Ilmuwan Yhd bahkan mulai menyadari ttg hal ini. Ada yg mendirikan sekolah lanjut sains holistik, dan sebagainya. Tapi mereka tak memperkaitkan fenomena alam/bumi tersebut pada Allah.

    Bagi ummat muslim, semestinya yakin bahwa Ka'bah adalah satu-satunya titik di muka bumi yang ditetapkan oleh Allah sendiri (Al-Hadits), sebagai titik rujukan waktu-ruang manusia. Dari titik pusatnya, bila ditarik garis melewati Multazam dan pintu Ka'bah, terbentuklah bidang yang akan mencakup wilayah Nusantara (Indonesia, Malaysia, Thai Selatan, Vietnam, Pilipina Selatan). Maka, daerah ini punya kedudukan sangat khusus di muka bumi: teramat subur-makmur. Kekayaannya bukan hanya diperuntukkan bagi bangsa-bangsa di wilayah itu saja, tetapi juga bagi ummat Islam dunia.

    Maka bila bangsa Indonesia kini tak mensyukuri wilayahnya yang serba diistimwewakan Allah, resiko yang diterima lebih berat katimbang kekufuran yang dilangsungkan oleh bangsa-bangsa di wilayah lain. Bumi Nusantara ini lebih rentan terhadap kemaksiatan. Tentu saja, resiko para pelakunya (terutama pemimpinnya) di hadapan Allah pun pun lebih tinggi.

    Demikian sementara jawaban kami, mohon maaaf bila tak memuaskan. Lain kali akan kami angkat tema di atas dalam tulisan khusus.

    Glagah Nuswantara -Admin.

    BalasHapus
  4. terimakasih banyak atas jawabannya, saya terkejut setelah membaca tulisan blog ini pada kamis 22 April 2010 (yg sudah Bapak kelompokkan, disitu tertulis:
    Surah Al Ahqaaf Ayat 24, yang artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: ’Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’. (Bukan)! bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung adzab yang pedih”.
    Pada tgl 25 Oktober 2010, Gunung Merapi meletus, membawa awan panas menuju ke lembah-lembah, Subhanallah...
    yusuf_rudianto@yahoo.com

    BalasHapus
  5. (maaf kembali menyambung).... berbincang seputar ka'bah adalah satu-satunya titik di muka bumi yang ditetapkan oleh Allah sendiri (Al-Hadits), sebagai titik rujukan waktu-ruang manusia, kemudian pernah ada berita bahwa Ir.Sukarno pernah menarik garis lurus (membuat garis lurus di ka'bah-apakah maksudnya), kemudian kabar tentang ka'baa is the center of earth, lalu menngenai cakupan bidang yang telah bapak jelaskan diatas- apakah juga termasuk benua Australia/tanah2/negara2 lain(adakah bantuan penjelasannya secara grafis-pada kalimat "Dari titik pusatnya, bila ditarik garis melewati Multazam dan pintu Ka'bah, terbentuklah bidang yang akan mencakup wilayah Nusantara (Indonesia, Malaysia, Thai Selatan, Vietnam, Pilipina Selatan)") tsb? kemudian pada tulisan sebelumnya 'Memahami Ka'bah dengan Phytagoras?'(saya masih belum paham) maka adakah penjelasan lebih lanjut tentang beberapa hal seputar Ka'bah diatas?
    Mohon maaf dan terimakasih banyak untuk sebelum dan sesudahnya...wassalamu'alaikum wr.wb
    ruslan_bachtiar@yahoo.com

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum wr.wb. Tidak mengapa, sepanjang dalam batas kemampuan, sudah menjadi kewajiban kami membantu.

    Allah telah menjadikan Ka’bah rumah suci itu pusat (qiyaamaa) bagi manusia... (QS 5:97). Hadits-nya riwayat Abdullah Umar: ”Tatkala Allah menurunkan Adam dari surga, Dia berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan bersamamu satu rumah dan tempat perhentian yang akan dikelilingi (thawaf) di sekitarnya sebagaimana arasy-Ku dikelilingi. Kemudian dia dijadikan tempat sholat...” Itulah satu-satunya tempat (titik) di muka bumi sebagai rujukan waktu-ruang (kiblat sholat; sedangkan sholat sudah ditentukan waktunya; jadi Ka'bah adalah titik referal/rujuan waktu-ruang, bukan Greenwich yg menjadi GMT).

    Perbandingan antara tinggi piramida-piramida Fir'aun (Giza dan lain-lainnya) diukur ke bidang dasar [h], dengan jarak antara titik proyeksi puncak itu di dasar tegak lurus ke titik tengah sisi bujur sangkar dasarnya [b], dan dengan jarak antara titik tengah sisi dasar itu ke puncak pada bidang miring atau sisi miring piramida [a] mempunyai rumusan tertentu. Rumusan itu ialah b:h:a = 1:√φ:φ, atau 3:4:5, atau 1:4/л:1,61899.

    Demikian kami sekaligus menjawab tuntas komentar dari Anonim yg mengatakan... " maaf kayaknya anda ada yang keliru. phi golden ratio=1,618 dan diperoleh dari deret ukur fibonaci sedangkan pi phytagoras 3,14 dari 22/7. terimakasih", ditulis pada 17 Oktober 2010 12.56, pada "Memahami Ka'bah dari Teori Pythagoras dan Warisan Fir'aun?" Karena yang kami maksud ialah pemakaian rumus Pitagoras pd piramida (khususnya rumus segitiga siku pada penampang tegak lurus piramida Fir'aun, bukan hanya pemakaian φ dan л.

    Ada satu lagi kriteria Nusantara: daerah bersungai-sungai, sbgmana gambaran surga dlm Al Qur'an. Sungai-sungai hanya terdapat di daerah pulau-pulau Nusantara. Jadi Australia tidak tidak termasuk Nusantara dan berbeda ciri masyarakat alam dan manusianya.

    Demikian, semoga bermanfaat. Glagah Nuswantara -Admin.

    BalasHapus
  7. terimakasih atas kesediaannya memberikan penjelasan..semoga bermanfaat bagi kami semua. Amin -Ruslan_Bachtiar@yahoo.com

    BalasHapus
  8. Ass Wr Wb,
    ...pada kalimat "wilayah Nusantara (Indonesia, Malaysia, Thai Selatan, Vietnam, Pilipina Selatan)" -- mengapa pada penyebutan kata 'wilayah nusantara' bapak menuliskan dengan mencakup negara2 lain selain Indonesia? apakah sejatinya wilayah nusantara itu cakupannya adalah negara2 tsb? dengan kata lain, nama2 negara tersebut harus bersatu menjadi satu kesatuan/satu wadah/satu negara?
    Pelajaran disekolah mengenal nama tokoh Gajahmada--yang menyatukan wilayah bernama Nusantara. Bisakah dijelaskan siapa GAjahmada itu sebenarnya? seorang muslim-kah?adakah nilai2 Qur'ani yang Gajahmada bawa dlm sejarah nusantara?
    Salah satu admin dalam weblog ini ada yang bernama Glagah Nuswantara, kata Nusantara dan Nuswantara apakah sama maksudnya?
    Maaf atas pertanyaan ini,terimakasih.
    wsslm
    Ruslan_Bactiar@yahoo.com

    BalasHapus
  9. Wa'alaikum salaam wr.wb.,

    Konsep Nusantara memang lebih luas daripada Indonesia (ruang politik) pak, karena itu adalah konsep ruang budaya. Ciri bangsa dan alamnya pun sama: dua musim, beriklim kepulauan (bukan daratan; iklim kepulauan ini melingkupi pula daratan pantai Asia Tenggara seperti Vietnam, sebahagian Kamboja, dll), alam yang bersahabat (aslinya, sebelum dirusak manusia ber-millah YHD)... Bangsanya pun berkarakter sama: ramah-tamah, suka bergotong royong. Dan keseluruhannya merupakan proyeksi-bidang dari titik-pusat Ka'bah lewat Hajar Aswad dan Multazam, ke geografi yang kemudian dikenal dengan "Asia Tenggara Kepulauan" ini.

    Mengenai GajahMada, wallahu a'lam pak, saya tak mampu memberi keterangan, mohon maaf. Tetapi apapun, muslim masa kini mesti makin pandai bersyukur. Apalagi, kini tanah air kita telah betul-betul PORAK-PORANDA akibat pola pikir millah YHD para penguasa dan para petinggi keilmuan.

    Nusantara dan Nuswantara sama saja, pak. Nuswantara itu ejaan aslinya (nuswa=nusa=pulau-pulau).

    Nama bapak sendiri Ruslan, berasal dari ro sin lam, adalah ia yang diutus untuk suatu urusan. Sangat indah apabila urusan itu adalah untuk mendorong siapa saja di antara saudara-saudara sebanga-setanah-air ini untuk bertaubat dan berlomba-lomba meraih ampunan Allah.

    Salam,
    Glagah Nusawantara -Admin

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah...Saling mendo'akan pak, mari sama2 saling mendorong siapa saja di antara saudara-saudara sebanga-setanah-air untuk bertaubat dan berlomba-lomba meraih ampunan Allah, tak terkecuali diri sendiri.
    Karena, yang saya kuatirkan adalah model pemikiran yang dipengaruhi millah YHD, jadinya meng-agung2kan pendapat/pemikiran/teori/kata2/rumusan yang masuk kedalam karya sastra/film/musik/lukisan/fotografi/budaya/sosial/mode/makanan/ekonomi..dll
    Akhirnya bagaimana kita menjadi filter yang baik atas terpaan2 itu?
    semoga weblog ini senantiasa mendatangkan manfaat dan selalu di berkahi Allah SWT. Amin

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.