Selasa, 26 Oktober 2010

Letupan Gunung Merapi

Dua hari setelah tulisan di "Bencana-Permasalahan Berantai" diunggah (pada tanggal 19 Oktober 2010), terjadilah gempa dan tsunami di Mentawai. Juga letupan Gunung Merapi, dan akitifnya Gunung Krakatau. Hikmah apakah yang dapat kita ambil dari berbagai bencana alam itu? Sajian multimedia di bawah ini (klik tombol pada bagian kanan bawah untuk mengikuti sajian audio-visual-nya) merupakan satu kesatuan dengan tema tulisan bertema bencana.



Perlu perhatian sangat khusus terhadap peringatan yang tajam dan keras dari Allah terhadap bangsa ini, lewat berbagai bencana. Karena itu kami mengelompokkan tulisan-tulisan terkait tema bencana yang telah terbit di weblog ini di bawah, agar dengan bantuan Anda dapat lebih menyebarluas. Semoga dapat ikut andil menambah pengertian kita sebangsa setanah-air untuk bertaubat dengan berbuat perbaikan. Tulisan itu adalah sebagai berikut:

Jerat Rantai Bencana-Kesulitan: Agar Bertaubat dengan Menghancurkan Kesombongan Bangunan Millah Yhd dalam Diri dan Negeri (Sabtu, 30 Oktober 2010)
Bencana-Permasalahan Berantai: Perlawanan Bumi terhadap Penyandang Ilmu Rekayasa dan Penguasa Berkuasa (Selasa, 19 Oktober 2010)
Kebodohan Membuat Manusia Buta terhadap Kasih dan Peringatan Allah (Kamis, 22 April 2010)
Peringatan Bencana Gagal Dimengerti Hati Buta (Kamis, 15 April 2010)

.

6 komentar:

  1. ass.wr.wb
    mohon penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan ilmu rekayasa/seperti apa misalnya? terimakasih.
    wss.wr.wb

    BalasHapus
  2. Wa'alaikum salaam wr.wb.,

    Garis besarnya, ilmu manusia terbagi dua. Yang bathil, adalah yang berdasarkan logika (nathiqun) karena bersifat subjektif memperturutkan nafsu manusia, tak berhubungan dengan hati-nurani. Jika nafsu itu masih didomnasi sifat-sifat tercela seperti sombong-angkuh, iri-dengki, dan tamak-serakah, pasti ilmu yang ditumbuhkan manusia bersifat merusak manusia itu sendiri, manusia lain, dan alam. Yang kedua adalah ilmu yang haqq. Yaitu ilmu berlandaskan berfikir-aqal ('aql) dengan hati-nurani secara qur'ani. Nafsu tak boleh tercela, bahkan nafsu hanyalah pelaksana, bukan penentu. Penentu/pengambil keputusan keilmuan adalah hati yang senantiasa Allah bimbing. Demikian, sehingga ilmu yang tumbuh adalah kemanfaatan bagi manusia itu sendiri, manusia lain, dan alam. Jika perlu, silakan membaca tema ini pada http://kajianbudayailmu.blogspot.com/2010/06/membaca-sesuatu-bersama-logika-atau.html

    Ilmu adalah tatanan dan jalinan pengetahuan yang telah dipraktekkan serta berbukti kemanfaatannya. Ilmu punya tiga ranah: [1] falsafah keilmuan, [2] konsep/bentuk keilmuan, dan [3] terapan keilmuan.

    Rekayasa adalah salah satu segi dari terapan keilmuan yang subjektif serta memihak kepentingan manusia saja, sehingga kehidupan alam tak dipedulikan. Contohnya, rekayasa tanah pertanian dengan pupuk anorganik/kimiawi. Dalam tempo singkat hasilnya memang berlipat. Tetapi dalam tempo panjang, tanah menjadi rusak (jenuh bahan kimia).

    Semoga bermanfaat.
    Glagah Nuswantara - Admin

    BalasHapus
  3. terimakasih...semoga ada tulisan/penjelasan lebih lanjut tentang tiga ranah ilmu mencakup 1)falsafah keilmuan 2)konsep/bentuk keilmuan dan 3)terapan keilmuan...wassalam

    BalasHapus
  4. Assalamu alaikum Wr wb,

    Saat ini hampir seluruh perhatian anak bangsa tertuju pada kejadian meletusnya Merapi, yang konon ini terbesar dan yang paling tidak terprediksi dalam beberapa dasawarsa ini.
    Meletusnya Merapi ini menimbulkan 2 keprihatinan serius dalam hati saya. Pertama, ternyata memang akhirnya harus tangan Allah sendiri yang harus mengingatkan bangsa Indonesia (meski saya belum yakin anak bangsa ini akan sadar). Kedua, tertuju pada pusat perhatian saat ini, yaitu Merapi (yang sanggup mengalihkan perhatian tsunami Mentawai yang cukup dahsyat, banjir Wasior de el el). Seperti kita ketahui bersama, bagi orang Jawa (maksud saya suku, bukan Jawa menurut Quran) Merapi mempunyai mitologi tersendiri. Bahkan ledakan Merapi selalu dijadikan tengara akan terjadi perubahan sosial di tanah Jawa (yang kebetulan pusat pemerintahan ada di tanah Jawa). Jadi meletusnya merapi - menurut saya- akhirnya tidak dijadikan pembelajaran bagi anak bangsa untuk segera bertaubat, akan tetapi malah dijadikan sebagai alat pembenaran oleh pemegang kepercayaan kejawen akan terjadinya deformasi di struktur sosial kemasyarakatan Indonesia. Bahkan akhir2 ini malah banyak muncul rumor2 yang bukannya memperbaiki hati, tapi malah menimbulkan keresahan.
    Akhirnya muncul tanda tanya dalam hati (atau logika saya) mengapa harus merapi yang meletus. Tidak gunung2 yang lain, sehingga sadar diri dan keinsyafan yang terbentuk, bukannya malah kepercayaan2 syirik yang malah makin terbentuk akhir2 ini di sekitar merapi.
    Wallahu 'alam.
    Mungkin bapak bisa memberikan sedikit pencerahan atas logika berpikir saya tersebut.
    Terima atas penjelasannya.

    Wassalamu alaikum Wr wb,
    aisyunanto@yahoo.com

    BalasHapus
  5. Wa'alaikum salam wr.wb.,

    Setiap makhluq Allah bersifat unik, atau masing-masing makhluq tak ada duanya. Demikian pula dengan ciptaan-Nya yang dinamai masyarakat sebagai G. Merapi. Bagaimana kedudukannya dalam lingkungan alam di Pulau Jawa, haqiqinya hanya Allah yang mengetahui. Juga, apa rencana Allah atas sang gunung, adalah rahasia-Nya. Tentu, Allah yang Maha Pemurah akan mengidzinkan para hamba yang dikehendaki-Nya untuk mengetahui hal tersebut, agar si hamba dapat memimpin masyarakatnya untuk lebih pandai mensyukurinya.

    Yang jelas, bangsa ini terancam terseret ke lembah kekufuran: bukti bahwa alam tak lagi ramah kepada bangsa ini. Para penguasa mesti memimpin masyarakat untuk bertaubat, dalam arti kembali pada ketetapan dan rencana-Nya. Jika mereka tidak mengambil kesempatan pertaubatan/perbaikan selagi masih bisa, maka rakyatlah (dalam komunitas atau kaumnya masing-masing) yang mesti mengambil alih langkah pertaubatan bersama tersebut. Itu prinsip. Pada waktunya dari kalangan rakyat akan ada sekelompok hamba Allah yang akan mengganti kepemimpinan yang usang karena tak mengambil langkah perbaikan apa pun.

    Jadi? Marilah kita berlomba-lomba (bantu-membantu, bukan bersaing-saingan) menuju ampunan Rabb. Sabiquu ilaa maghfiratim mir rabbikum...

    Salam, Taufik Thoyib -Admin

    BalasHapus
  6. Assalamu alaikum Wr wb,

    Penjelasan bapak betul.
    Saya hanya merasa prihatin bahwa bencana ini hanya akan sekedar mengulang kejadian reformasi tahun 1998 dulu.
    Reformasi seharusnya oleh umat Islam dijadikan moment untuk sadar diri dan berbenah hati, tetapi ternyata lepas kendali.
    letusan gn Merapi yang merupakan pesan Allah agar bangsa Indonesia bertaubat, malah disikapi dengan perbuatan2 laknat.
    Terima kasih banyak pak atas penjelasannya.

    Wassalamu alaikum Wr wb,
    aisyunanto@yahoo.com

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.