Senin, 15 Agustus 2011

Seri Ramadhan Indonesia Merdeka #4

Seri Ramadhan Indonesia Merdeka #4
Janganlah Membuat Kerusakan di NKRI


Tanpa disadari, sejak lebih dari empat puluh tahun yang silam, bangsa ini –dipimpin oleh pemerintahnya— bisa jadi hanya merusak alam yang semestinya disyukuri. Kini buah adzablah yang menanti Indonesia.


...dropcap S...
ingkatnya, jika kita menyimak dan melihat-ingat kembali kandungan kesuburan alam serta kemerdekaan negeri-bangsa Indonesia yang diperoleh dari rahmat Allah semata, tentunya anak negeri yang berjiwa ketuhanan atau ilaahiyah, dengan sendirinya terpanggil untuk mewujudkan rasa syukur. Masing-masing anak negeri ini pasti menyadari bahwa Allah-lah yang telah membentangkan alam Indonesia Ibu Pertiwi berkeadaan subur-makmur serta berdaulat. Syukur itu, tentu saja tidak sebatas ucapan rangkaian kata-kata, tetapi yang diwujud langkah-nyatakan. Artinya, tulus untuk mengisi kemerdekaan bangsa dengan semangat juang kebersamaan, untuk menyempurna-lanjut-langkah-nyatakan rumusan-kesepakatan nilai-nilai islami yang ada dalam kehidupan ketata-negaraan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu hendaknya digali kandungan maknanya, lanjut kemudian secara bertahap dan bijak, dilangkah-nyatakan dalam kehidupan bangsa. Jangan sampai ada fihak-fihak yang dirugikan, karena bagaimana pun yang harus diingat, bangsa Indonesia adalah bangsa yang hidup dalam ragam kemajemukan. Syukur dalam pengertian demikian inilah yang hendaknya senantiasa diupayakan bersama oleh masyarakat muslim Indonesia. Jika muslim Indonesia berhasil membentangkan hunian kehidupan yang santun-berkesetimbangan, maka sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya:

Dan (ingatlah juga), tatkala Robbmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS. 14:7)

Dapatlah dipetik pelajaran dan ketegasan sikap-pandangan: kesulitan-kesukaran yang sedang berlangsung dalam kehidupan bangsa Indonesia, secara tidak langsung merupakan gambaran dari adzab Allah. Semuanya terjadi akibat bangsa ini kurang memperhatikan keberadaan rahmat Allah sebagaimana tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di alinea ke-3. Jika benar syukur dapat dilangkah-nyatakan, pertama-utama yang harus sudah tegak dalam kehidupan bangsa Indonesia adalah landasan kebersamaan. Sedangkan kebersamaan hanya dapat tegak dengan langkah kebijak-tepat-pastian. Apakah yang dimaksudkan?

Maksudnya bagaimana cara agar pandang yang berbeda dalam kehidupan masyarakat bangsa ini dapat terhimpun menjadi satu pandangan tanpa harus mengorbankan prinsip-nilai islami. Tetapi ingat, hal ini bukan berarti prinsip-nilai harus ditonjol-tampakkan pada fihak-fihak yang berbeda pandangan. Di sinilah diperlukannya kelihaian siasat-strategi dalam melebur-masukkan prinsip-nilai islami dalam satu pandangan kebersamaan. Contohnya nilai-nilai kemanusiaan dalam azas negera kita. Bila digali dan kaji lebih jauh ke dalam, sebetulnya merupakan tuangan-pencairan dari firman Allah QS.2:11: “...Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi...” (QS.2:11)

Satu hal yang perlu direnungkan bersama. Secara tidak disadari bangsa Indonesia telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan Islami dengan masuknya HAM. Padahal jika direnungkan, kandungan “...Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi...” telah dicairkan menjadi nilai dasar berbangsa. Dalam hal ini cakupan penjagaan hak hidup tidak saja terbatas masyarakat manusianya, tetapi meliputi penjagaan hak hidup masyarakat alam lingkungan. Belum dapat seseorang dikatakan berperi-kemanusiaan yang adil dan beradab jika hanya hak azasi manusia (HAM) yang dilindung-tegak-langsungkan, sementara hak-hak hidup makhluk alam lingkungan ditekan-perkosa kebebasannya --dengan cara dipaksa harus memberikan “hasil cepat berlipat waktu singkat, dengan cara semudah-mudahnya dan dengan pengorbanan sekecil-kecilnya”.

Apa yang terjadi akibat hak hidup masyarakat alam lingkungan tidak dilindungi? Masyarakat alam lingkungan tidak lagi bersahabat dengan masyarakat manusia. Padahal untuk mewujudkan hunian kehidupan yang makmur bersahaja, masyarakat manusia tidak dapat terpisah dari masyarakat alam lingkungan.

Salah satu penentu kemakmuran adalah kesetiaan masyarakat alam lingkungan terhadap masyarakat manusia. Artinya, masyarakat alam lingkungan akan dengan sangat mudah memberikan hasil yang terkandung di dalamnya tanpa menimbulkan bencana kerusakan bagi masyarakat manusia. Satu hal yang tidak pernah disadari bahwa akibat azas kemanusiaan yang adil dan beradab digeser oleh HAM, maka bangsa Indonesia sulit meletakkan ketegasan hukum kepada fihak-fihak yang ingin berlepas diri dari kesatuan-persatuan Ibu Pertiwi. Padahal, fihak-fihak itu sudah pasti ditunggangi bahkan telah menjadi kaki-tangan Yhd. HAM telah menohok kehidupan bangsa dari belakang. Akibatnya bangsa ini dihadapkan pada titik-rawan dan krisis perpecahan bangsa yang kian meruncing dan meluas.

Tulisan di atas merupakan bagian dari buah pena Ki Moenadi MS (alm) tahun 2001, berjudul “Indonesia-Ku, Pengantar Kami”, dengan penyesuaian redaksional dan beberapa tambahan informasi mutakhir dari Taufik Thoyib. –Admin.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Pada medio Juli 2010 dipentaskan sebuah pantomim dengan lakon Sapu di Tangan yang dibawakan oleh Teater Sena Didi Mime pada Lakon garapan sutradara Yayu Aw Unru ini dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, sebagai bagian dari Jakarta Anniversary Festival 2010. Berikut sedikit kutipan 'dialog' (pen: agak aneh memang dalam sebuah pertunjukan pantomim, muncul sebuah dialog) menjelang akhir2 pertunjukan:

    "Bahkan, penonton tergelak ketika mendengar ucapan salah seorang penari dengan logat Jawa yang halus, lalu menutupnya dengan umpatan yang sama sekali tidak nyambung dengan apa yang disampaikan sebelumnya. Begini kira-kira ia berkata, "Nek dikandhani wong tuwo ki seng manut. Giliran loro ati, ngadhep marang Gusti. Kae, deloken mbak Ani. Mantep to...Asu! (Menurutlah kalau dikasih tahu orang tua. Giliran sakit hati pasti meratap pada Tuhan. Lihat itu mbak Ani. Mantap kan? Anjing!)".

    Kalimat: Kae, deloken mbak Ani. Mantep to...Asu! (Pen: Itu Lihat mbak (Ani?Sri Mulyani). Mantap kan?...ASU/USA.

    Ketika diumumkan berdirinya Partai SRI dengan gambar 'Sapu Lidi' dan menggadang2 Sri Mulyani sebagai capres 2014 pada medio Juli 2011 kemarin.
    Tampak2nya ada kaitan yang serius dan terprogram antara sebuah pertunjukan pantomim
    dengan sebuah agenda politik di negeri ini. Dan sangat mudah terbaca ASU adalah dibelakang mereka semua. Akan ramai sekali jika 'belang' ini sampai tersebar luas.
    Dan dengan partai SRI, sepertinya mereka berusaha untuk merealisasikan terbentuknya Serikat Republik Indonesia..

    Mohon maaf jika kurang berkenan,
    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    BalasHapus
  2. Wa'alaikum salaam wr wb., Maturnuwun terusan berita Sahabat_Janaka. Bahaya dan bencana besar bila Indonesia berubah dari Kesatuan (NKRI) menjadi Serikat (model Amrik).

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.