Sering kali para munafik benalu negeri beranggapan, waktu tangguh itu adalah pertanda keselamatan bagi mereka. Perhatikanlah, betapa mereka telah banyak memperoleh kenikmatan dengan cara merakit bukit kehidupan di atas pandangan tidak bertanam tetapi mengetam, hingga panjanglah masa kekuasaan mereka. Yang tidak pernah mereka perhatikan dalam masa kekuasaan yang panjang itu ialah bahwa suatu negeri yang penduduknya kafir, pasti Allah kurangi luasnya dari segala penjuru. Hingga datanglah adzab yang sesungguhnya.
“Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatang negeri, lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? (QS. 21:44)
Adzab yang Datang Tiba-Tiba akan Memangkas Akar Benalu Munafik

ntuk mewujudkan kedengkiannya secara langsung terhadap jenis tanaman yang memiliki nilai kejayaan hingga masa mendatang, benalu tulen selamanya mengalami kesulitan, bahkan mustahil ia melaksanakannya. Itulah sebabnya agar kedengkiannya dapat terwujudkan, ia memperalat benalu-benalu peranakan. Karena benalu peranakan ini hidupnya sangat tergantung pada benalu tulen, maka apa-apa yang dirumuskan oleh benalu tulen seketika dilaksanakan oleh benalu peranakan. Dari hasil itulah sang benalu peranak akan memperoleh keuntungan hidup. Sebagai contoh, penyelenggaraan 1 Syawwal adalah syiar Islam yang bertujuan hanya untuk mengagungkan dan mensucikan Allah. Hari-hari 1 Syawwal mereka jadikan sebagai hari-hari penuh rasa syukur. Tetapi kenyataannya, tanpa ada dalil atau ajarannya, tradisi silaturrahmi bertandang ke keluarga dan handai taulan tidak sedikit pun memperbincang kan hal-hal keagamaan yang berkaitan dengan perbaikan hidup atau kejayaan Islam. Benalu peranakanlah yang mengubahnya menjadi kegiatan menggerombol di sana-sini sambil melahap berbagai macam jenis hidangan perut yang diikuti oleh orang-orang bodoh, sehingga mentradisi. Betapa jahatnya benalu-benalu peranakan yang telah mengubah-ubah dan menodai hari keagungan dan kesucian Allah dengan budayanya. Baik benalu tulen maupun peranakan sangat dengki melihat ada orang-orang yang bergembira ria dengan sajian hidangan langit dari Allah. Maka seringkali orang-orang yang telah memperoleh sajian hidangan langit dari Allah dijebak dan dipengaruhi untuk ikut-ikutan mengisi acara tradisi atau budaya yang dibuat oleh benalu peranakan. Bagaimana benalu itu bekerja?
Gambaran demikian tersebut tersirat dalam firman Allah yang artinya “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Rabb-mu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. 2:105). Dapatlah kita merenung lebih dalam, bahwa tidak sedikit kelompok orang-orang yang dengki atau tidak suka kepada Islam. Di dalam ayat tersebut terdapat penjelasan tentang tiga golongan besar yang bersatu menyerang orang-orang yang telah diberi rahmat khususnya rahmat kenabian. Pertama orang-orang kafir. Yaitu, orang-orang yang tidak meyakini keberadaan Allah sebagai dzat yang Maha Tunggal. Kedua, golongan ahli kitab. Yang dimaksudkan adalah Yhd atau benalu tulen. Terakhir atau ketiga adalah orang-orang musyrik. Termasuk di dalamnya munafik dan zhalim -- itulah benalu peranakan yang hidupnya di dalam tubuh Islam sekedar untuk mengambil keuntungan pribadi. Aktifitas kaum munafik dan zhalim dilakukan untuk kepentingan benalu tulen.
Baik bagi benalu tulen maupun benalu peranakan selalu beranggapan bahwa dirinya dapat berkuasa terhadap apa saja. Tidak pernah sedikitpun terfikirkan oleh mereka bahwa sebenarnya mereka dalam intaian dan kepungan adzab. Memang intaian dan kepungan adzab selamanya tidak akan pernah terlihat oleh mata kepalanya, namun yang pasti keberadaannya sangat dekat, sehingga sewaktu-waktu adzab akan datang sekonyong-konyong tanpa dapat mereka perkirakan sebelumnya. Pertanyaan mengapa adzab tersebut datang dengan tiba-tiba? Hal itu tidak lain disebabkan oleh pernyataan Allah yang artinya siapa yang berbuat itulah yang akan mendapat. Adzab yang datang dengan sekonyong-konyong sebetulnya disebabkan karena benalu datang dengan tiba-tiba dan bertengger untuk mencari-cari sela-sela kelemahan agar dapat memperoleh keuntungan lebih banyak, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah yang artinya: “Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (QS. 21:40).
Goncangan adzab telah Allah gulirkan ke tengah-tengah kehidupan benalu peranakan. Bagaimana pun dan sampai kapan pun mereka mengatasinya, guliran goncangan adzab tersebut tidak akan pernah dapat mereka atasi, kecuali bila benalu peranakan mau melepaskan dirinya dari kehidupan benalu tulen. Berarti pakaian benalu tidak lagi mereka sandang. Selama mereka masih juga menjadikan benalu tulen sebagai tumpuan untuk mengatasi guliran goncangan adzab, selama itu pula jalan penyelesaian tidak akan pernah mereka peroleh. CARA YANG PALING BAIK DAN PALING AMPUH UNTUK MEMANGKAS HABIS AKAR TANAMAN BENALU DENGAN CARA MENGIRIMKAN ADZAB YANG DATANG DENGAN TIBA-TIBA. Karena dengan cara tiba-tiba itulah mereka tidak lagi dapat mengelakkan datangnya adzab. Dengan kata lain tiga kelompok besar yang senantiasa bersatu hendak menghancurkan Islam atau mencampur yang haq dan yang bathil masih Allah beri tangguh. Namun adzab akan datang dengan tiba-tiba. Dalam hal ini dari hasil pemberian tangguh, sering kali ada dua hal yang akan diperoleh benalu peranakan. Pertama, dengan pemberian tangguh tersebut, mereka memperoleh kesempatan untuk berbuat sesuatu hingga melampaui batas ketentuan. Kedua, boleh jadi akan muncul kesadaran baru untuk berupaya melakukan perbaikan hidup. Itulah yang diharapkan.
Tetapi sering kali benalu tulen dan benalu peranakan beranggapan, waktu tangguh itu adalah pertanda keselamatan bagi mereka. Perhatikanlah, betapa benalu tulen dan peranakan telah banyak memperoleh kenikmatan dengan cara merakit bukit kehidupan di atas pandangan tidak bertanam tetapi mengetam, hingga panjanglah masa kekuasaan mereka. Yang tidak pernah mereka perhatikan dalam masa kekuasaan yang panjang itu ialah bahwa suatu negeri yang penduduknya kafir, pasti Allah kurangi luasnya dari segala penjuru. Maksudnya adalah seluruh hasil buminya Allah kurangi bahkan ditiadakan-Nya. Negeri yang semula berlahan subur makmur menjadi lahan yang sulit menghasilkan apa pun karena kerusakan lingkungan sebagaimana yang dialami Indonesia. Mengapa demikian? Seluruh hasil bumi ini sebenarnya Allah peruntukan bagi orang-orang beriman yang senantiasa menjaga kesalarasan gerak ketenagaan dzat hidup. Itulah sebabnya apabila suatu negeri atau lahan mulai dikuasai oleh kesewenang-wenangan benalu tulen dan peranakan, sedikit demi sedikit hasil buminya Allah cabut, sehingga jadilah negeri itu negeri yang tidak mengandung berkah. Inilah yang dinyatakan dalam firman Allah yang artinya “Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatang negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang (QS. 21:44).
Tulisan di atas merupakan suntingan Taufik Thoyib dari dokumentasi Kajian Ki Moenadi MS tanggal 8/2/1998 yang disampaikan di Yayasan Badiyo Malang. Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari dua tulisan. Bagian pertamanya adalah Benalu Munafik yang Mengancam Kehidupan -Admin
Sabtu, 29 September 2012
Adzab yang Datang Tiba-Tiba akan Memangkas Akar Benalu Munafik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Merak sering memamerkan keindahan bulunya. Namun ia tak seperti manusia yang selalu berpamrih. Merak tak mencari apalagi mengemis pujian, karena memang begitulah kodrat perilakunya ditetapkan Allah. Apakah dengan narsisisme memamerkan keindahan dan kebaik-hebatan diri, manusia sungguh-sungguh hendak merendahkan martabat pribadinya sehingga lebih bodoh daripada hewan tak berakal? Renungilah:
Perjalanan ruhani jumpa ilaahi Rabbi ibarat menempuh gunung tinggi. Barang siapa lengah, segera ia terperosok ke dalam jurang tersembunyi di balik setiap kelokan dan tanjakan. Sesekali seorang pendaki ruhani pasti mengalaminya, akibat terpukau pemandangan indah perjalanan menju pncak gunung. Taubat dan kesungguhan pengabdiannya kepada Allah, adalah tongkat penopang agar pada pendakian berikutnya, ia makin berhati-hati.
Bagi yang berhati-hati, justru sangat malu mengakui kebaikan yang hanya tampak bagian luarnya bagi orang lain itu. Yang nyata baginya adalah bagian dalam pribadinya dengan segala kehinaan, catat, kekurangan, bahkan ketercelaan yang tak kunjung habis tersoroti cahaya lentera Allah Yang Maha Mulia. Ia makin tersungkur dalam syukur, atas penyelamatan jemari kasih As-Salaam. Karena menyadari segala keburukannya, dengan sendirinya segala pujian manusia tak berbekas apa pun pada perasaan-hatinya. Ia mengharapkan agar manusia yang memujinya mendapat tambahan karunia kemuliaan pula dari sisi Allah Yang Maha Berkepemurahan Kasih Sayang. Ucapannya:

Demikian besarnya perhatian pemimpin sejati akan keselamatan dan kebahagiaan bangsanya, tetapi tidak sedikit yang menyambut dengan ejekan atau cemoohan baik dengan kata-kata maupun dengan sikapnya (dan inilah yang paling berbahaya). Bukankah sikap demikian sama halnya dengan sikap orang-orang munafiq? Sebagai manusia biasa tidak jarang mereka sedikit kecewa dengan sikap bangsanya yang kurang menaruh perhatian, dengan kata lain kurang bersungguh-sungguh untuk bangkit. Namun kesadarannya tidak membiarkan hatinya kecewa. Terhiburlah hati ketika kesadarannya membisikkan, bahwa peran sang pemimpin sejati hanyalah membawa kabar gembira
Begitu banyak kepalsuan. Pemimpin suatu kelompok bangsa yang selalu membantu mereka yang menggelar kebencian, perang, dan penindasan pada bangsa lain misalnya, bisa saja justru tampak mulia bahkan diberi penghargaan sebagai pembela kedamaian ummat manusia. [Taufik Thoyib]. 21 Rajab 1431 / 4 Juli 2010
Sabda Nabi s.a.w. kepada Asma binti Abu Bakar r.a.: "Berinfaqlah. Janganlah kamu menghitung-hitung (hartamu, kikir), nanti Allah akan menghitung (kejelekan-kejelekan) mu. Jangan pula kamu menyembunyikan (hartamu) nanti Allah akan menyimpan (kejelekan-kejelekanmu) untuk dibeberkan di Hari Akhir (Lu'lu' wal Marjan, 1/244).
"Seorang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan surga. Adapun orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka." (Tasyiirul Wushuul, 2/88).
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
Sinyalemen hadits tersebut memberikan gambaran bahwa: dari tahun ke tahun yang dapat diberlangsungkan dan diperoleh kebanyakan manusia dari kunjungan Ramadhan hanyalah mendatangkan ritual rasa lapar dan dahaga dari puasanya. Tidak ada perubahan dan pembaharuan berarti yang dapat dibukti-rasakan dalam berkehidupan, kecuali yang selalu muncul hanya keluh-kesah atas kesulitan berantai menjalani kehidupan. Seakan hadits tersebut tampil sebagai kaca cermin besar yang menunjukkan puasa kebanyakan manusia layaknya puasa anak-anak. Anak-anak itu berbangga dalam berpuasa agar memperoleh berbagai hadiah yang diiming-imingkan yang kesemuanya bersifat keindahan dan kesenangan nafsu semata. Ketika bentuk keindahan-kesenangan nafsu tidak terpenuhi mereka kecewa putus asa dan perhatiannya lebih terpaku pada kesulitan yang ditemui daripada kasih Ilaahi.
Untuk itu mari sejenak di bulan yang fithrah ini kita tunduk-renungkan diri hadirkan Allah selaku saksi kejujuran, diri bertanya pada nurani-hati. Pada tingkatan puasa apakah yang sudah berhasil kita langsungkan selama ini? Tentunya masing-masing pribadi beriman tidak hendak puasanya dinilai-persepsikam sama dengan puasanya anak-anak, kecuali yang diharapkan dari berpuasa dapat menghantarkan jiwa pada kedekatan cinta dengan Allah. Namun demikiankah yang diperoleh?
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.