Kamis, 12 Agustus 2010

Rahasia Sahabat Rekayasa Sekejap Mata

Renungan Ramadhan (1)



...dropcap S...

iapa pun dapat memastikan, bahwa pengguna internet Indonesia terus meningkat. Pada akhir 2007, terhitung ada 25 juta pengguna (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, http://www.apjii.or.id/). Pada tahun 2012 nanti, pengguna jaringan dunia maya Indonesia diperkirakan para ahli akan mencapai 100 juta orang, atau 40% dari penduduk Indonesia yang berjumlah 240-an juta manusia. Kelompok usia 18-30 tahun ("Y Generation") adalah pengguna terbesar, demikian menurut para ahli. Internet menjadi sebuah kebutuhan karena didukung pemerintah, provider termasuk ISP dan operator selular. Kata yang membanggakannya, “Indonesia akan (semakin) terbuka pada dunia (politik-ekonomi global)". Bagi yang kritis, ada pertanyaan: "Indonesia makin terpuruk sebagai pasar bebas industri global?"

Indonesia menempati urutan ke-5 dari jumlah pengguna internet di Asia. Satu hal yang mesti menjadi perhatian ialah bahwa pengguna fesbuk Indonesia adalah yang ke-3 terbanyak di dunia setelah Amerika dan Inggris. Berarti, sebagian sangat besar pengguna internet di Indonesia adalah mereka yang hanya ber-fesbuk. Cermatilah fesbuk, lebih banyak manfaat atau mudharat di dalamnya?

Ramadhan, saat memerangi millah yang bathil

Yang mudharat, marilah kita tanggalkan, lalu kita tinggalkan, malah sudah saatnya kita perangi. Yang belum banyak diketahui umum, ialah bahwa fesbuk tidak dapat dipandang berdiri sendiri. Di belakangnya terdapat millah (pandangan keilmuan/falsafah hidup/world view) dan sangat boleh jadi, ada struktur dan strategi kebudayaan yang amat sangat perlu diwaspadai, karena menggerogoti iman dan akhlaq. Apa itu? Silakan ikuti lanjutan tayangan multi-media interaktif di atas!




Dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2010, di Indonesia telah terjadi peningkatan pengguna internet sebesar 1400%! Pengguna Indonesia mengkonsumsi berita, pandangan, dan ide yang mudharat, bahkan maksiat-bathil. Tampaknya internet telah menjadi media penyebaran millah YHD/NSR yang sangat efektif lewat rekayasa informasi. Antara lain, akibatnya:
● pandangan/falsafah hidup/world view menjadi materialistik-individualistik;
● alat berpikir menjadi logika-subjektif, bukan berpikir-hati secara qur'ani;
● pandangan/filsafat keilmuan menjadi empirik saja, bukan terpadu berkesemestaan (holistik);
● gaya hidup menjadi sia-sia, senda-gurau, lebih banyak mudharat, hubbud dunyaa;
● hiburan (termasuk games) menjadi khayalan dan pengumbaran nafsu amarah/ syahwat (pencarian isu pornografi adalah yang tertinggi untuk pengguna internet di Indonesia; 96% anak-anak Indonesia ternyata membuka situs negatif - Antara, Jumat, 2 Juli 2010 07:24 WIB).

Survai di kota-kota besar menunjukkan bahwa anak-anak menghabiskan 64 jam untuk on-line setiap bulan (Norton Internet Safety Advocate & Consumer Business Lead, Asia). Di salah satu televisi swasta di Jakarta pernah ditayangkan bahwa anjal pun mempunyai fesbuk!

Ber-fesbuk silakan saja, tetapi pakailah jejaring sosial secara lebih waspada:
● manfaatkanlah untuk tujuan-tujuan amal-saleh sesuai dengan tauladan Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya.
● tanggalkan, tinggalkan, dan perangi segala kemudharatan dalam aktifitas ini
● tidak memasok pelayan jejaring sosial dengan seluruh informasi pribadi; klaim sebagian besar pengguna di Amerika adalah tentang privasi yang diintervensi
● jauhi berniyat riya' (pamer kelebihan, kekayaan, ilmu, atau kebaikan diri lain, termasuk berlomba jumlah "teman",ingin terkenal, dll); riya adalah syirik kecil yang akhirnya menjadi gunung pula.
● jauhi maksud untuk mencari (hakekatnya mengemis) perhatian pihak lain
● kekanglah diri agar tidak mencandu

Mari kita selamatkan generasi dari cengkeraman millah YHD-NSR, sebagaimana diperingatkan Allah s.w.t. dalam firman-Nya: "Orang-orang YHD dan NSR tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (pola pandang, keilmuan, kebudayaan, dan peradaban) mereka...."(QS 2:120).

Sudah terlalu beranikah ummat Islam di Indonesia menentang Allah dengan tidak berbuat apa pun terhadap kebathilan di depan matanya, disebabkan menilai dirinya telah baik dan sama sekali tak terlibat kezhaliman? "Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya" (QS 8:25).

Bagan: Glagah Nuswantara; narasi: Taufik Thoyib (Renungan tentang dampak negatif fesbuk dapat diikuti di kolom samping, di kelompok tombol "HIMPUNAN RENUNGAN", pada tema "Bahaya Kultur Selebritas") . Untuk memudahkannya, kami kutipkan untuk Anda di bawah:




Bahkan merak pun tidak riya', mengapa manusia terjangkit narcissism?

Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan diri [HR Ath-Thabrani dan Anas]

Barangsiapa yang membanggakan diri sendiri dan berjalan dengan angkuh (memamerkan sesuatu yang dibanggakan olehnya berkeliling pada banyak manusia atau mengumum-umumkannya), maka ia akan menghadap Allah dan Allah murka kepadanya [HR Ahmad]

Pujian, sanjungan, atau mempertunjukkan kelebihan seseorang kepada khalayak ramai atau sekedar kepada seorang lainnya, hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati dan bijaksana. Setiap lisan kata atau tatap mata kekaguman ibarat anak panah beracun yang mengincar perasaan-hati yang dipuji untuk membusukannya dengan keangkuhan, merusak perilakunya dengan kesombongan. Terhadap anak misalnya, seringkali orangtua lalai sebatas mana pujian atau perbandingan dengan dengan anak lain dapat memberinya semangat berbuat lebih banyak kebaikan, dan pada batas mana pujian kepadanya mesti ditahan agar si anak tak menjadi bangga-kagum terhadap kebaikan-kebaikan dirinya sendiri.

Begitu pula, memamerkan kebaik-hebatan diri lewat lomba, kontes, aneka panggung seminar, mimbar atau sekedar memajang warna-warni kebagus-cantikan wajah pada media kultur selebritas sosialita ruang maya, sungguh dapat dan sangat mudah membenam-tenggelamkan manusia ke dalam kubangan lumpur bangga-diri atau ke dasar hitam jurang kesombongan.

Merak sering memamerkan keindahan bulunya. Namun ia tak seperti manusia yang selalu berpamrih. Merak tak mencari apalagi mengemis pujian, karena memang begitulah kodrat perilakunya ditetapkan Allah. Apakah dengan narsisisme memamerkan keindahan dan kebaik-hebatan diri, manusia sungguh-sungguh hendak merendahkan martabat pribadinya sehingga lebih bodoh daripada hewan tak berakal? Renungilah: "...dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan 'aqalnya" (QS 10:100)

[Taufik Thoyib].18 Rajab 1431 / 1 Juli 2010



Orang yang dikagumi (selebriti) ada dalam bahaya

Orang-orang memujimu karena apa yang mereka sangka pada dirimu. Maka celalah diri karena apa yang kau ketahui ada pada dirimu. [Ibn Atha'illah]

Orang yang dikagumi (selebriti sesungguhnya) ada dalam bahaya karena ia mungkin menganggap dirinya sebagai orang yang benar-benar memiliki sifat yang disanjungkan. (Padahal, haqiqatnya) segala sifat yang terpuji hanya milik Allah, sedangkan diri sebenarnya hina dan jahat. Salik (penempuh jalan ruhani menuju Allah--Admin) yang waspada mengagungkan-Nya ketika ia dipuji oleh orang lain dan menyangkal pujian tersebut dengan melihat secara cermat dirinya yang mempunyai kelemahan dan kesalahan yang melekat. Kadangkala hanya warna-Nya yang tercermin pada diri kita, yang dilihat oleh orang lain [Ulasan dari Syekh Fadhlalla Haeri] .

Dikutip dari Al Hikam, Ibn Atha'illah, Rampai Hikmah Serambi, 2003, hal 210.

Rasulullah s.a.w. mengajarkan agar "menabur pasir ke wajah" orang yang memuji dan menyatakan pula bahwa pujian, sesungguhnya adalah "penyembelihan" (sangat berbahaya, karena dapat membunuh sikap rendah-hati orang yang sedang dipuji).

Kebaikan apa pun yang ada pada manusia, sesungguhnya adalah anugerah Allah baginya atas kualitas penghambaannya. Dengan cara itu Allah memuliakan si hamba di antara manusia; ibarat Allah memasang-pakaikan baju kemuliaan dan keterpujian bagi si hamba. Bagi yang tak waspada, ia akan menilai dan merasa bahwa dirinya sungguh-sungguh telah baik, mulia, dan terpuji, lalu terbuai menikmatinya. Akhirnya merasa memiliki dan menguasai segala pujian itu. Akibatnya, jika tidak diperhatikan, tidak disanjung-dimuliakan, tidak dielu-elukan manusia, ia kecewa, putus asa, atau marah. Bila mendapatkannya, ia bangga dan takabur. Begitulah ia terhijab oleh kerangkeng penjara kemuliaan (karomah) semu buatan manusia. Ia terhenti untuk meneruskan perjalanannya menuju Rabb.

Perjalanan ruhani jumpa ilaahi Rabbi ibarat menempuh gunung tinggi. Barang siapa lengah, segera ia terperosok ke dalam jurang tersembunyi di balik setiap kelokan dan tanjakan. Sesekali seorang pendaki ruhani pasti mengalaminya, akibat terpukau pemandangan indah perjalanan menju pncak gunung. Taubat dan kesungguhan pengabdiannya kepada Allah, adalah tongkat penopang agar pada pendakian berikutnya, ia makin berhati-hati.

Bagi yang berhati-hati, justru sangat malu mengakui kebaikan yang hanya tampak bagian luarnya bagi orang lain itu. Yang nyata baginya adalah bagian dalam pribadinya dengan segala kehinaan, catat, kekurangan, bahkan ketercelaan yang tak kunjung habis tersoroti cahaya lentera Allah Yang Maha Mulia. Ia makin tersungkur dalam syukur, atas penyelamatan jemari kasih As-Salaam. Karena menyadari segala keburukannya, dengan sendirinya segala pujian manusia tak berbekas apa pun pada perasaan-hatinya. Ia mengharapkan agar manusia yang memujinya mendapat tambahan karunia kemuliaan pula dari sisi Allah Yang Maha Berkepemurahan Kasih Sayang. Ucapannya: "Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin". Itulah esensinya. Manusia berkodrat penuh dengan catat-kekurangan. Esensi itu ibarat titik atau butir pasir yang "ditaburkan ke wajah" yang sedang berpulas kekaguman. Tak lain, agar selamat baik yang memuji maupun yang dipuji.

[Taufik Thoyib]. 15 Rajab 1431 / 28 Juni 2010

Para nabi dan rasul tidak mengikuti asas mayoritas (selebritas)


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah... (QS 6:116).

Seluruh nabi dan rasul tidaklah mengikuti masyarakat manusia dengan asas kebenaran mayoritas (yang suaranya terbanyak dipandang benar, atau kebenaran relatif yang esensinya berubah-ubah mengikuti yang menguasai pemaknaannya), akan tetapi para nabi dan rasul berjuang sungguh-sungguh untuk mentaati perintah dan menegakkan kalimat Allah. Mereka menyampaikan kebenaran Allah selaku Al Haqq yang bersifat mutlak, yang sebenarnya sekaligus merupakan rahmat kasih-sayang Allah bagi manusia agar hidup manusia selamat. Sayangnya, kebanyakan manusia menyambut para nabi dan rasul dengan bantahan, dan bahkan permusuhan!



Ganjaran perbuatan ingin dipuji, dikagumi, terkenal, dan dikenang (RIYA')

Rasulullah Muhammad s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya manusia yang paling pertama diadili pada hari kiamat adalah:

[1] orang yang mati syahid, maka didatangkanlah ia dan diperlihatkan akan nikmat-Nya kemudian ia tahu akan nikmat-nikmat-Nya. Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan (amalkan) di dalamnya?’ Ia menjawab, ‘Saya berperang di jalan-Mu hingga mati syahid’, Allah berfirman, ‘Kamu dusta, tetapi kamu berperang supaya dikatakan pemberani, maka telah dikatakan’; Kemudian ia diperintahan lalu diseret wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.

[2] Dan orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Quran, maka didatangkannya, lalu diperlihatkan nikmat-Nya kepadanya, kemudian ia tahu akan nikmat-nikmat-Nya, lalu Allah bertanya, ‘Maka apa yang kamu lakukan (amalkan) di dalamnya?’ Ia menjawab, ‘Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Quran untuk-Mu, Allah berfirman, ‘Kamu dusta, tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Quran supaya kamu dikatakan ‘alim (berilmu) dan pembaca Al Quran, dan telah dikatakan’, Kemudian ia diperintahkan dan diseret wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.

[3] Dan orang yang diluaskan rizkinya oleh Allah dan Allah memberinya semua bentuk harta benda seluruhnya, maka didatangkannya lalu diperlihatkan padanya akan nikmat-nikmat-Nya, Allah bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan (amalkan) di dalamnya?’ Ia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkan satu jalanpun yang Engkau senangi untuk berinfaq, kecuali aku berinfaq di dalamnya untuk-Mu’, Allah berfirman, ‘Kau dusta, tetapi kamu kerjakan itu semua supaya dikatakan dermawan’, maka dikatakan: ‘Kemudian ia diperintahkan dan diseret wajahnya kemudian dilemparkan ke dalam neraka."

(H.R. Muslim no.1905, Imam Nasa’i dalam Kitabul Jihad 2/23&24, Ahmad dalam Musnadnya 2/322)

Maka budaya, kultur, atau dorongan nafsu mencari ketenaran (celebrity culture) yang diedar-luaskan lewat media massa, ruang maya, aneka panggung seminar, lomba, dan berbagai peradaban pop lainnya, hendaknya sangat diwaspadai, karena dengan sangat kuat dan mudahnya, dapat menyeret-gelincirkan manusia untuk bersikap riya', takabur, dan angkuh, memamer-sombongkan kelebihan-kelebihannya, baik secara terus-terang maupun tersembunyi di bathinnya.


Hakikat selebritas: disukai manusia karena Allah mencintainya


Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil Jibril dan berkata: Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan maka cintailah dia! Jibril pun mencintainya. Kemudian dia menyeru para penghuni langit: Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia! Para penghuni langitpun mencintainya. Kemudian dia pun diterima di bumi. Dan apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berkata: Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah pula dia! Jibril pun membencinya. Kemudian dia menyeru para penghuni langit: Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah kepadanya. Para penghuni langit pun membencinya. Kemudian kebencianpun merambat ke bumi."(HR Abu Hurairah ra)

Salah satu impian-angan manusia adalah selebrasi atas dirinya, dielu-elukan, dipuji-puji, disukai, dicintai oleh sesamanya, bahkan tak jarang, berkhayal untuk menjadi pujaan (idola) komunitasnya. Hadits qudsi di atas memberikan kejelasan, apa sebenarnya esensi disukai atau dicintai masyarakat. Jika seseorang disukai bahkan dicintai sesamanya, itu semata-mata karunia penghargaan dari Allah atas kecintaan si hamba kepada-Nya! Itulah yang terjadi atas pribadi Rasulullah Muhammad s.a.w.



Budaya Selebritas: Ingin Terkenal dan Dipuji-puja Manusia

Allah ta'alaa berfirman: "Dan ucapkanlah alhamdulillaah" (segala puji bagi Allah QS 17:111)

Nabi s.a.w. berkata: "Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji kepada Allah maka tidak sempurnalah perbuatan itu." (HR Abu Daud dari Abu Hurairah)

Abu Ishaq Al Fazari berkata: "Sesungguhnya di antara manusia ada yang suka dipuji, dan ia di sisi Allah nilainya lebih ringan dari satu sayap nyamuk". Bisyr bin Harits berkata: "Merasa tenteram dengan pujian dan menerimanya dengan sepenuh jiwa lebih dahsyat daripada maksiat".

Dikutip dari Al-Muhaimid, Shalih bin Abdul Aziz, 2006, '1000 Hikmah Ulama Salaf, Pustaka eLBA [La Raiba Bima Amanta], Surabaya

Jika sebagian besar warga muda di perkotaan kini gandrung dengan jaringan sosial di ruang maya, maka seyogyanya bersikap sangat berhati-hati. Sangatlah tipis batas antara [1] menjalin silaturahmi untuk kemanfaatan dan [2] saling unjuk selebritas, saling pamer pujian dari pihak lain, atau paling tidak saling mengemis perhatian dalam kemudharatan. Kurangkah perhatian dari Allah, selaku Ar-Rahiim Yang Maha Pengasih-sayang?



12 komentar:

  1. artikel yang sangat mengena, pak. facebook, twitter, foursquare, dll adalah sarana paling cepat untuk riya'.

    beberapa teman saya bercerita dalam facebook bahwa ia menangis dalam sholat malamnya, atau berbuka pada puasa sunnah yang menyiksa, atau menangis pada saat umroh, meminta kebijakan Allah untuk memberi penghapalan Al-Qur'an pada dirinya sendiri. semua diceritakan di facebook.

    beberapa saat pula saya terpesona oleh sistem dan melakukan pembagian ilmu di facebook. seperti mengutip hadist, atau mengajak untuk mempertanyakan sistem dunia yang rusak atau memberikan pernyataan tentang sesuatu.

    pertanyaan saya, patutkah kita mengukur perilaku teman bahwa ia riya' di jejaring sosialnya? lalu apa yang harus kita lakukan terhadap hal itu?

    patutkah pula kita membagi pengalaman rohani pribadi atau kejadian-kejadian kita di jejaring sosial, seperti menangis bertobat, puasa atau doa-doa untuk diri pribadi?

    apa batasan kita dalam membagi ilmu di jejaring sosial supaya tidak terkena unsur Riya'?

    terima kasih.

    BalasHapus
  2. Ass.wr.wb.,
    Suatu perbuatan diawali dari niyatnya. Niyat hanya diketahui oleh Allah dan manusia yang bersangkutan (dan orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mengetahuinya). Tidak mudah mengetahui niyat seseorang, namun cukup mudah mengetahui niyat diri sendiri. Syaratnya JUJUR. Dengan kejujuran itu, seseorang dapat mengekang dirinya agar tak riya'. Inilah "batasan" yang bapak tanyakan. Hanya mereka yang jujur yang dapat mengawasi dan mengevaluasi dirinya (muraqabah dan muhasabah).

    Tulisan di atas mengajak (termasuk diri penulis sendiri) untuk menjauhi niyat riya dan mencari perhatian (caper) pihak lain lewat jejaring sosial. Itulah dua virus ruhani yang menurut kami cukup berbahaya.

    Setelah bebas virus riya dan caper, baru menetapkan secara bijak APA yang akan disampaikan, KEPADA SIAPA (teman tertentu/kelompok diskusi terbatas yang sudah dapat mengikuti/berminat masalah-masalah ruhaniyah, teman-teman yang lebih luas, atau publik) dan dengan cara bagaimana menyajikan dengan baik (pilihan kata, dll).

    Prinsipnya, ummat muslim justru harus bisa menunggangi jejaring sosial itu untuk amal shaleh. Kata-kata "share" menurut saya perlu dipertegas menjadi "berbagi manfaat".

    Selamat menunaikan ibadah puasa. Taufik Thoyib

    BalasHapus
  3. Asslm..wr. wb.
    Selamat menjalankan ibadah puasa..
    Kajian tentang fesbuk dan fenomena jejaring sosial yang sedang dibahas di blok ini cukup menarik. Paling tidak ketika fesbuk dan sejenisnya coba dikaitkan dengan aspek spiritual/mental penggunanya. Intinya faktor niyat dan kemampuan mempergunakan 'tali' jejaring sosial dengan tepat akan mendatangkan manfaat. insyaAllah. Seperti halnya tali di tangan penggembala akan dapat dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan gembalaannya. Sementara 'tali' ditangan orang yang sedang berputus asa sangat mengkhawatirkan, karena bisa2 langkah 'gantung diri' yang sedang dia siapkan.
    Namun demikian juga...
    Ada sedikit hal yang menggelitik di pikiran saya tentang fenomena dunia internet ini, yaitu tentang penggunaan alamat: www.dst.dsb, huruf 'www' ini insyaAllah begitu akrab dikalangan umat Islam ketika mengetik jawaban scr singkat utk kalimat wassalamu'alaikum wr. wb. Jadi semacam ada 'budaya' terbalik yang sedang di tawarkan kepada masyarakat (muslim) ketika masuk berkunjung ke sebuah alamat dengan memakai simbul 'www' bukan lagi 'aww' (assalamu'alaikum wr. wb.)?

    BalasHapus
  4. .
    Wa'alaikum salam wr.wb.

    Anda benar, mereka (kaummasonik) punya tradisi memaknai tanda dan simbol dengan jeli, untuk membuat jalinan/sistem. Untuk menyemarkan, mereka sering mengutip ujaran Confucius: "Signs and symbols rule the world, not words nor laws". Jadi untuk mereka, yang penting adalah memaknai tanda dan simbol.

    Makna yang dipasang oleh muslim harus (diperjuangkan agar) qur'ani. "WWW" (world wide web) misalnya, bisa saja dipopulerkan bahwa itu adalah "gigi syaithaan" atau kalau mau memuat kearifan lokal, "WWW" dimaknai saja sebagai "wewe gombel" (Jawa: kuntilanak). WWW ini akan menjerumuskan manusia yang tak berhati-hati. Silakan lihat rahasianya.

    Amatilah, dalam simbol "WWW" yang digabung (menjadi garis menerus) ada 6 ujung bawah dan 5 ujung atas yang berbentuk segi-3. Di bagian atas, di ujung kiri dan kanan, ada segi-3 (ujung) yang belum jadi. Ini akan terus membentuk segi-3 lain. Yaitu jika setiap huruf W adalah "W 3 dimensi" yang ujung bawah ditata di atas bidang datar ditulis secara melingkar, pasti akan tampak ujung atas segi-3 yang ke-6. Itulah "web" atau jaringan.

    Huruf ke-6 ibranimasonik pun adalah huruf ך yang dibaca WAW (W, atau VAV=V). Jadi di balik symbol WWW adalah angka satanik 666, dan sekaligus 2 Bintang David (masing-masing dari segi 3 yang menghadap atas dan bawah).

    Dengan memaknai "WWW" sebagai "gigi syaithaan" ummat muslim akan senantiasa waspada. Ini sesuai dengan peringatan Allah di QS 2:120 "Orang-orang Yhd-Nsr tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka...". Kenyataannya, bukankah jaringan informasi dunia sekarang ada dalam kendali mereka. Jika tak waspada, bukankah seluruh data bisa mereka "crawl"? Atau seluruh informasi yang mereka sajikan begitu saja kita percaya 100% sebagai kebenaran? Ummat muslim mesti makin kritis. Hanya yang fithrah saja yang cerdik. Para ulama/ilmuwan muslim mestinya juga MEWARISI KECERDIKAN (FATHONAHNYA) Nabi. Bukan justru malah menjadi pemimpin yang hanya membebek pola pikir/keilmuan mereka. Maka Ramadhan ini marilah berjuang agar fithrah masing-masing kembali teraih, sehingga ummat muslim merupakan kumpulan manusia-manusia cerdik!

    Akhirnya marilah kita ingat, Islam tak mengajarkan manusia untuk menjadi KIKIR atau MALAS sehingga untuk mengetik "assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh" (ini adalah ajaran pertama Allah kepada Nabi Adam a.s. untuk bertegur sapa dengan sesama ciptaan) atau "wa'alaikum salaam warahmatullaah wabarakaatuh" (jawaban ini adalah hak seorang muslim yang telah mengucapkan salam), mesti disingkat "aww" dan "www". Lebih baik "assalamu'alaikum wr. wb" atau "wa'alaikum salaam wr. wb", begitulah, masih jelas identitas muslimnya... Atau, paling minim, ya seperti yang Anda tulis "Asslm. wr. wb.", tak mengapa.

    Mohon lain kali mencantumkan e-mail Anda. Admin -Glagah Nuswantara.

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum wr.wb.
    Pak, saya masih belum jelas dan belum paham mengenai simbol f (vav atau waw).

    Tetapi kenyataan bahwa fesbuk dengan sangat mudah menggiring dan menggelincirkan saya pada narcisme atau riya' itu saya alami. Selain itu, membaca status, melihat foto-foto, dan membaca komentar orang lain juga menggiring saya pada pemikiran negatif tentang orang lain. Memang harus sangat hati-hati sekali menggunakan fesbuk.

    Kalau untuk berdagang bagaimana Pak? Hehehe.....

    Terima kasih,
    Wassalamualaikum wr.wb.

    BalasHapus
  6. Wa 'alaikum salam. Untuk berdagang yang jujur, insya Allah barokah. Asal ingat hak orang miskin pada harta benda kita. Semoga bisnis ibu sukses.

    Simbol vav/waw, adalah huruf ke-6 dalam alfabet Ibrani. Deformasi-mirornya akan menjadi huruf F. Pada huruf F, ada tambahan garis, berasal dari titik, yang mengikuti huruf vav/waw tersebut; maknanya adalah mata (zurqaan; QS 10:102). Galih W. Pangarsa.

    BalasHapus
  7. Assalamu alaikum Wr wb

    Menarik sekali pembicaraan mengenai simbolisme di atas. Berarti Yhd mengenal adanya simbolisme dalam menyampaikan millahnya. Tetapi apakah memang simbolisme Yhd ini juga ada dalam kitab suci mereka (seperti di Islam, simbolisme Al Quran) atau kah itu hanya simbolisme yang dibuat oleh umat Yhd saja untuk menyampaikan pesan2 yudaisme?
    Satu hal lagi Pak. Saya pernah membaca sekilas buku prof Arios mengenai Atlantis yang sebenarnya adalah Indonesia: menurut dia tanah Yhd yang ada sekarang ini adalah replikasi dari tanah leluhur mereka yang sesungguhnya, yaitu tanah Indonesia (?). Kalau menurut pendapat saya itu dimungkinkan, karena kita juga punya sejarah kehidupan penyembahan terhadap lembu misalnya (Yhd juga kalo gak salah di QS 20). Bagaimana menurut pendapat bapak?
    Tapi ini jadi memunculkan pertanyaan lain Pak (maaf nambah lagi....) jadi kamu Masonik sebenarnya adalah kaum Ydh yang menyusup ke Kristen? Ataukah memang kaum tersendiri yang bersifat pagan? Atau juga berarti bahwa kaum Yhd adalah sebenarnya kaum pagan?
    Makasih banyak atas tanggapan bapak.

    Wassalamu alaikum Wr wb
    aisyunanto@yahoo.com

    BalasHapus
  8. Wa'alaikum salam wr. wb.,

    Terimakasih perhatian bapak pada perkara itu, yang memang sangat penting bagi akademisi (kalangan kampus) dan para aktivis dakwah (yang sayangnya sangat sedikit yang mau belajar dan menaruh kewaspadaan terhadap perkembangan millah Yhd di Indonesia).

    Semoga secara singkat saya dapat membentangkannya kepada bapak. Pertama, tentang konsep Yhd. Yang dimaksud bukan Yhd sebagai ras, tetapi sebagai isme (millah, pola pikir, mentalitas). Yang menjadi inti ialah #Illuminati# (selanjutnya saya tulis ##). ## terdiri dari tiga jalur perkembangan dan kelompok komunitas: [1] yang dogmatik (sesuai dengan doktrin2 pendiri ## modern, A.Wishaupt di 1870-an), [2] yang adogmatik (penumbuh-kembangan konsep2 dasarnya, baik ke depan dgn WZO/WorldZionisOrg, NWO/NewWorldOrder, UFO, dll maupun ke belakang dari teosofi abad-19, antroposofi abad-20, Kaballah, paganisme pra-Taurat, sampai dengan pembangkitan kembali doktrin2 spiritual Fir'aun) dan [3] yang menurut garis keturunan (bloodline, termasuk misalnya keluarga Rothschild, Li, dll).

    Kedua, tentang simbolisme dlm millah Yhd. Dalam Taurat (yang kemudian digubah jadi Talmud) tentu mengandung simbol-simbol, meski masih tersirat. Tersuratnya, ada dalam doktrin-doktrin, terutama pada jalur masonik (doktrin kelas intermedier mereka adalah ttg simbol dan maknanya; mereka adalah para ahli pembuat simbol). Masonik adalah sebutan singkat untuk gerakanFreemasonry, salah satu kendaraan politik-ekonomi ## untuk menguasai dunia. GerakanFreemasonry adalah jalur terkuat dan terbesar ##. ## memulainya dari Jerman, tapi menjadi sangat kuat di Inggris dan Amrik. GerakanFreemasonry hanya salah satu jalur; jalur lain cukup banyak, di antaranya dari yg paling kuno spt KnightsOfTemplar, RedCrux, Jesuit (benar, bahwa ## masuk ke KatolikVatikan lewat SJ), SS-Nazi, sampai ClubOfRome, sindikasi WorldBank, dll. Untuk mereka tak masalah apakah simbol itu disadari oleh pemakainya atau tidak, yg penting paham/millah mereka tersebar dulu. Jika disoroti Al Qur'an, simbol2 ini tersoroti esensinya, karena Al Qur'an itu tibyanaan li kulli syai'un - menjelaskan segala sesuatu.

    Terakhir, kita tak boleh HANYA BERHENTI MENGANALISIS SIMBOL-SIMBOL itu, tetapi lebih penting mewaspadai SUBSTANSI MILLAH MEREKA (millatahum, QS 2:120) di balik simbol2 itu. Lalu, mengidentifikasi apa dan bagaimana MILLAH (sekali lagi bukan ras, tetapi mentalitas, paham, isme) itu menyusup, menyisipi, tumbuh, berkembang, kemudian menggolkan tujuan mereka, yaitu [1] membengkokkan praktek Islam dan [2]menghalangi manusia dari jalan Allah (terbanyak dengan cara menjadikan kaum intelek RAGU thd kebenaran-muthlaq Al Qur'an; misalnya dengan menyusupkan paham "kebenaran relatif", "Islam moderat", "Islam toleran", Islam pluralis", Islam "abangan" versus "santri", dst yang umumnya menempuh jalur politik kebudayaan/keilmuan dengan misi memecah-belah/men-devide-et-impera kesatuan ummat Islam). Lebih berbahaya lagi PENGKAFIRAN LEWAT KEILMUAN. Misalnya, menggeser posisi para nabi dengan para filsuf, selaku tauladan bagi manusia (QS 33:21). Inilah yg mesti DIWASPADAI.

    Demikian, semoga bermanfaat. Taufik Thoyib

    BalasHapus
  9. Tambahan sedikit:

    Mereka (##), menyebut pemikiran yang menyoroti gerakan-gerakan mereka untuk menggolkan cita2 akhir (menguasai dunia lewat NWO atau IsrailRaya) dengan ConspiracyTheory. Untuk kita, sebaiknya tak usah ikut terlibat dengan pro-kontra ttg hal tsb. Al Qur'an sudah cukup menyoroti dengan tegas dan jelas, bahwa mereka memang selalu bermisi menggolkan MILLAH mereka (QS 2:120) jadi pedoman ummat manusia, shg merekalah yg akan meng-KHALIFAH-i dunia. Pdhl, Allah menetapkan kaum mukmin-lah yang mengkhalifahi (QS 3:110 - Kamu adalah umat yang terbaik yang dimunculkan untuk [dipentaskan di hadapan masyarakat] manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik). Tak ada penantang lain pada Allah kecuali iblis laknatullah. Jadi secara tandas kita dapat menegaskan: di balik MILLAH YHD itu adalah IBLIS yang mengilhamkan pada manusia untuk menjauh dari Allah dan mengikuti kesesatannya (QS 22:52), dan membuat manusia tak sadar jika ia telah tersesatkan (QS 34:20).

    Renungan bersama: ridhakah ummat mukmin merendahkan diri di hadapan Allah dan mengemban amanat sebagai khalifah-khalifah (sesuai ukuran/kodrat masing-masing)? Jika ya, marilah bahu-membahu mengadakan perbaikan sesuai dengan ridha dan rencana Allah sebagaimana ditauladankan para rasul-Nya!

    Salam, Taufik Thoyib -Admin.

    BalasHapus
  10. Mohon maaf ternyata ada yg tertinggal, yaitu pertanyaan ttg ATLANTIS.

    Saya juga pernah membaca buku yang oleh seorang teman, nama penulisnya diplesetan menjadi nama Jawa Aryo-Santoso... Saya tak dapat berkomentar, mohon maaf. Yang jelas dan tegas Allah memberi arahan di QS 14:9 sbb: "Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. TIDAK ADA YANG MENGETAHUI MEREKA SELAIN ALLAH....". Demikian pula dengan kaum "Atlantis".

    Yakinlah bila Allah akan mempermudah kita untuk mendapatkan pengetahuan atas sesuatu, itu semata-mata untuk suatu kemanfaatan (dalam ukuran Allah). Apa guna mengetahui sesuatu yang tak dapat kita petik kemanfaatan (akhirat)-nya? Maka jika kita belum mengetahui sesuatu, hendaknya bersabar sampai dengan Allah bukakan, baik esensi tentangnya, maupun kemanfaatannya.

    Terimakasih. Taufuk Thoyib -Admin

    BalasHapus
  11. Assalamu alaikum Wr wb,

    Terima kasih pak atas penjelasannya.
    Setelah membaca semua garis silsilah yang bapak jelaskan, saya jadi tertawa terbahak-bahak (dalam hati). Bahwa ternyata semua ini adalah rekayasa tingkat tinggi. Semua penokohan2 dalam sejarah dunia ini (sengaja ataupun tak disengaja) telah direkayasa. Bahkan jangan2 segala bentuk penemuan2 teknologi IT (seperti www, fesbuk, google de el el) tokoh2nya juga tokoh yang sengaja direkayasa.
    Tapi sayang ya pak, umat Islam skrg ini malah masih terjebak ke perselisihan masalah Islam-Kristen yang bagi saya itu masih sangat dangkal (atau memang kaum Yhd sengaja mengumpankan pionnya- Kristen- untuk menghadapi umat Islam yang masih bodoh). Karena musuh kita yang sebenarnya justru adalah anak iblis yang berupa manusia (Yhd).
    Saran saya mungkin sudah waktunya saat ini perlu dibuka uraian simbol2 Islam yang telah dipahat oleh para pendahulu kita ke dalam bentuk simbol budaya bangsa, menjadi bentuk kajian tertulis agar semua anak bangsa bisa tersadar dari tidur panjangnya.
    Atau kah menunggu Indonesia jilid 2 terbentuk dulu?


    Wassalamu alaikum Wr wb,
    aisyunanto@yahoo.com

    BalasHapus
  12. Wa'alaikum salaam wr.wb.,
    Benar pak, sekali lagi: HANYA BERHENTI MENGANALISIS SIMBOL-SIMBOL itu, tetapi lebih penting mewaspadai SUBSTANSI MILLAH MEREKA. Insya Allah jika waktunya sudah tepat dan mendatangkan manfaat, kami upayakan menyajikan hikmah qur'ani di balik simbol-simbol budaya Indonesia. Terimakasih. Glagah Nuswantara -Admin

    BalasHapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.