Renungan Ramadhan (1)
Kamis, 12 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bahkan merak pun tidak riya', mengapa manusia terjangkit narcissism?
Orang yang dikagumi (selebriti) ada dalam bahaya
Para nabi dan rasul tidak mengikuti asas mayoritas (selebritas)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan- mu dari jalan Allah... (QS 6:116). Seluruh nabi dan rasul tidaklah mengikuti masyarakat manusia dengan asas kebenaran mayoritas (yang suaranya terbanyak dipandang benar, atau kebenaran relatif yang esensinya berubah-ubah mengikuti yang menguasai pemaknaannya), akan tetapi para nabi dan rasul berjuang sungguh-sungguh untuk mentaati perintah dan menegakkan kalimat Allah. Mereka menyampaikan kebenaran Allah selaku Al Haqq yang bersifat mutlak, yang sebenarnya sekaligus merupakan rahmat kasih-sayang Allah bagi manusia agar hidup manusia selamat. Sayangnya, kebanyakan manusia menyambut para nabi dan rasul dengan bantahan, dan bahkan permusuhan!
Ganjaran perbuatan ingin dipuji, dikagumi, terkenal, dan dikenang (RIYA')
Hakikat selebritas: disukai manusia karena Allah mencintainya
Budaya Selebritas: Ingin Terkenal dan Dipuji-puja Manusia
Doa Tak Dikabulkan, karena Matinya Hati
Penghuni Kubur yang Masih Bepergian
Rahasia Zuhud
Dunia menyerahkan dirinya padamu?
Dunia, diibaratkan wanita pelacur yang kejam
Jelmaan Fir'aun pasti tega mengorbankan rakyat
Pemimpin Jahat
Pemimpin bersifat terbuka, bukan penipu rakyatnya
Bangsa ini tak dipimpin untuk mengikuti kaum Fir'aun
Bagai bintang, tajam menembus zaman
Menerima jabatan bukan karena berpamrih atasnya
Wanita sebagai pemimpin
Memilih pemimpin dengan asas mayoritas (selebritas/ popularitas)?
Penguasa, kalian adalah guru bagi rakyat
Pengorbanan pemimpin untuk rakyatnya
Khalifah: melayani kaum lemah
Tauladan Menggempur Takabur
“Tolonglah aku, jika aku benar dan koreksilah aku jika aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai, atas kehendak Allah, haknya telah disyahkan. "Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah menghendaki, aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya”
“Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan Rasulullah, bila aku tidak mematuhi Allah dan Rasulullah, jangan patuhi aku lagi. Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt”
“Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”
“Kita menemukan kedermawanan dalam taqwa (kesadaran akan Allah), kekayaan dalam yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati. Waspadalah terhadap kebanggaan sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”
Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdoa kepada Allah dan berkata, "Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”
“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”
Suatu hari beliau memanggil Umar ra dan menasihatinya sampai Umar menangis. Abu Bakar berkata kepadanya: "Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah harapkan kematian selalu dan hiduplah sesuai dengannya”.
“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak-berdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu”.
Dikutip dari web Embun Kehidupan
Makan dari usaha dan tangan sendiri
Tanggungjawab atas makhluq Allah di wilayahnya
Tentang Nabi Daud dan Umar bin Khattab di atas, dikutip dari Al-Ghazali, Nasehat bagi Penguasa, Mizan, 1967, halaman 156
Hawa Nafsu
Mawas diri, mengawasi diri, sibuk meneliti aib diri
Bukan hanya perbudakan jasad, tetapi juga sistem dan mentalitas
Dzikirlah kepada Allah, Gempa Bumi Mengisyaratkan Kematian
Alam makmur-subur adalah rahmat bagi bangsa terhormat
Antara pertolongan dan kesungguhan
Akhlaq: Ukuran Pertama Kepribadian Manusia
Kepastian Kepribadian Manusia Hanya Dapat Diukur dengan Al-Qur’an
Kepribadian Luhur Bangsa-Negeri Indonesia
Fithrah Manusia: Ingin Mengetahui Yang Haqiqi
Kebodohan Membuat Manusia Buta terhadap Kasih dan Peringatan Allah
Peringatan Bencana Gagal Dimengerti Hati Buta
Jihad Membuang Pola Perasaan dan Pikiran Berduga-Sangka
Kesombongan:Buah Berfikir Duga-Sangka yang Menghancur-Binasakan Unsur Ruhaniyah
PENGANTAR SERI TULISAN INDONESIA RAYA
Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya!
Sadarlah Hatinya, Sadarlah Budinya!
Majulah neg'rinya, Majulah Pandunya
Menyuburkan Kembali Hati dan Tanah yang Tandus
Kebangkitan Negeri: Mengangkat Kembali Harkat-Martabat Bangsa
Menyuburkan Kembali Hati dan Tanah yang Tandus
Bumi Tanah Subur, Makmurlah Rakyat dan Luhurlah Peradabannya
Negeri Kesayangan dan Ridha Ilaahi (NKRI) Disyukuri dengan Pola Hidup Materialistik?
NKRI: Negara Kleptokrasi Republik Indonesia?
Negeri Kesayangan dan Rahmat Ilaahi (NKRI), Hanya Sesuai dengan Hidup Makmur Bersahaja
Janganlah Membuat Kerusakan di NKRI
Fitrah Manusia Merdeka adalah Bertauhid-Murni, Penuh Syukur atas Rahmat Allah
Besar itu adalah besarnya kekuasaan Allah; Besar itu adalah besarnya kekuatan Allah; Besar itu adalah besarnya kehendak Allah; Di hadapan Allah segalanya menjadi kecil; Jika yang kecil berhadapan dengan yang Besar maka tiada arti sama sekali; Tiadalah arti kehendak yang kecil, karena yang akan terlaksana hanyalah kehendak yang Besar, maka memahabesarkan Allah itu berma’na melenyapkan kehendak diri, diri tidak lagi berkeinginan karena semua keinginan itu tercegah, sedangkan yang akan dan pasti terlaksana hanyalah keinginan Yang Maha Besar.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Ketika Sang Ramadhan meninggalkan kita tahun kemarin, sebuah pertanyaan tersisa: benarkah kita selaku pribadi dan selaku kesatuan kaum mu'minun, baik pada skala bangsa Indonesia maupun pada skala ummat Islam global, telah meraih kemenangan? Bila ya, tentu telah terajut-kembali seluruh unsur daya potensi ketenagaan dalam diri kita sehingga nyata, terhidupkan lagi fungsi fitrah kita.Tak hanya demikian. Jika fitrah masing-masing teraih kembali, pasti teranyam pula masyarakat kaum beriman sebagaimana ditauladankan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat setianya. Ada kesamaan pandangan, untuk mengadakan persiapan dan melangkah-nyata dengan teguh dan kokoh. Ada kebersamaan mengolah-lanjut potensi masyarakat dan alam di masing-masing lingkungan hunian kita, sesuai dengan apa yang digaris-tetapkan oleh Allah selaku Sang Maha Pencipta. Indonesia pasti akan bangkit dari keterpurukan panjangnya. Demikian pula negeri saudara-saudara muslim di seluruh dunia.
Jika hal itu belum tercapai, berarti sebagai bahagian dari bangsa Indonesia, kita ummat muslim, sama sekali tak dapat menilai-diri berhasil meraih kemenangan yang dibawa-sajikan oleh Sang Ramadhan. Namun paling tidak, semoga Ramadhan ini menjadikan kita makin gigih dan tetap bersemangat untuk terus berupaya penuh kesungguhan mengadakan perbaikan diri, masyarakat, bangsa, dan negeri.
Untuk saudara-saudara pembaca di luar negeri, anda semua pun termasuk dalam rajutan ikatan hati dengan kami di Indonesia. Saran dan masukan anda untuk peningkatan weblog ini senantiasa kami tunggu di email kami [kajianbudayailmu@yahoo.com]. Akhirnya, ijinkan kami mengucapkan:Taqabballaahu minna wa minkum, minal 'aidiin wal faiziin, seluruh jajaran aktifis Kajian Budaya Ilmu memohon maaf bathiniyah dan lahiriyah, selamat Hari Raya Fithri 1433H,
Wasalamu'alaikum wr. wb.,
Admin/Taufik Thoyib
Assalamu'alaikum wr.wb.
Meskipun Ramadhan merupakan thariqah Ilaahiyah menuju terjalinnya hubungan cinta antara Allah dengan hamba, pada dasarnya sebagian besar dari rangkaian ibadah puasa merupakan jalan pembentukan jalinan hubungan kasih di antara sesama. Sejak dari amaliah puasa, menahan lapar-dahaga adalah bagian dari proses pembelajaran menumbuhkan rasa kebersamaan dengan sesama, ikut-serta merasakan penderitaan yang kesulitan; begitu pula himbauan berzakat merupakan bagian dari proses ikut berbagi kenikmatan dari yang berlimah kepada yang kekurangan, sekaligus sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Dengan Puasa dan zakat itu lebur-bersatulah keberbedaan keadaan di antara sesama, sehingga terbentang hunian permadani kehidupan dalam naungan kedamaian.Bagaimana uraian dan kejelasannya? Silakan unduh Khutbah dari Ustadz Lutfi Fauzan di atas dengan meng-klik tombol-unduh:
versi ringkasan (134KB) atau
versi lengkap-nya (147KB).
Semoga bermanfaat --Admin
"Mungkin hasil yang diraih orang yang berpuasa hanya lapar dan dahaga; dan mungkin hasil yang diraih seorang yang shalat malam hanyalah berjaga" (HR Imam Ahmad).
Bersatu di atas pondasi kekuatan kaki sendiri
Berbondong-bondong kaum beriman mendatangi tanah lapang dan masjid-masjid yang dimuliakan lengkap berpakaian serba indah dan baru. Lisan-lisan kaum beriman bergetar basahkan bibir perdengarkan merdu ungkapan dzikir: takbir, tahlil dan tahmid. Demikian suasana ritual rutinitas yang selalu terjadi di setiap 1 Syawal. Sesaat indah-gembira suasana tampak mata kepala memandang seakan riuh-gemuruh meriahnya pesta kemenangan. Namun tidak demikian sorotan-pandang tatapan nurulllah, pilu menyayat qalbu yang dirasakan. Dalam bahasa lisan terungkap-ucap: sangat disayangkan tidak setiap jiwa insan yang diliputi suasana suka-cita di hari Fithri adalah mereka yang memperoleh kemenangan meraih nikmat kebaikan yang dibawakan oleh Ramadhan. Sebagaimana disinyalir dalam hadits: Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.
artikel yang sangat mengena, pak. facebook, twitter, foursquare, dll adalah sarana paling cepat untuk riya'.
BalasHapusbeberapa teman saya bercerita dalam facebook bahwa ia menangis dalam sholat malamnya, atau berbuka pada puasa sunnah yang menyiksa, atau menangis pada saat umroh, meminta kebijakan Allah untuk memberi penghapalan Al-Qur'an pada dirinya sendiri. semua diceritakan di facebook.
beberapa saat pula saya terpesona oleh sistem dan melakukan pembagian ilmu di facebook. seperti mengutip hadist, atau mengajak untuk mempertanyakan sistem dunia yang rusak atau memberikan pernyataan tentang sesuatu.
pertanyaan saya, patutkah kita mengukur perilaku teman bahwa ia riya' di jejaring sosialnya? lalu apa yang harus kita lakukan terhadap hal itu?
patutkah pula kita membagi pengalaman rohani pribadi atau kejadian-kejadian kita di jejaring sosial, seperti menangis bertobat, puasa atau doa-doa untuk diri pribadi?
apa batasan kita dalam membagi ilmu di jejaring sosial supaya tidak terkena unsur Riya'?
terima kasih.
Ass.wr.wb.,
BalasHapusSuatu perbuatan diawali dari niyatnya. Niyat hanya diketahui oleh Allah dan manusia yang bersangkutan (dan orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mengetahuinya). Tidak mudah mengetahui niyat seseorang, namun cukup mudah mengetahui niyat diri sendiri. Syaratnya JUJUR. Dengan kejujuran itu, seseorang dapat mengekang dirinya agar tak riya'. Inilah "batasan" yang bapak tanyakan. Hanya mereka yang jujur yang dapat mengawasi dan mengevaluasi dirinya (muraqabah dan muhasabah).
Tulisan di atas mengajak (termasuk diri penulis sendiri) untuk menjauhi niyat riya dan mencari perhatian (caper) pihak lain lewat jejaring sosial. Itulah dua virus ruhani yang menurut kami cukup berbahaya.
Setelah bebas virus riya dan caper, baru menetapkan secara bijak APA yang akan disampaikan, KEPADA SIAPA (teman tertentu/kelompok diskusi terbatas yang sudah dapat mengikuti/berminat masalah-masalah ruhaniyah, teman-teman yang lebih luas, atau publik) dan dengan cara bagaimana menyajikan dengan baik (pilihan kata, dll).
Prinsipnya, ummat muslim justru harus bisa menunggangi jejaring sosial itu untuk amal shaleh. Kata-kata "share" menurut saya perlu dipertegas menjadi "berbagi manfaat".
Selamat menunaikan ibadah puasa. Taufik Thoyib
Asslm..wr. wb.
BalasHapusSelamat menjalankan ibadah puasa..
Kajian tentang fesbuk dan fenomena jejaring sosial yang sedang dibahas di blok ini cukup menarik. Paling tidak ketika fesbuk dan sejenisnya coba dikaitkan dengan aspek spiritual/mental penggunanya. Intinya faktor niyat dan kemampuan mempergunakan 'tali' jejaring sosial dengan tepat akan mendatangkan manfaat. insyaAllah. Seperti halnya tali di tangan penggembala akan dapat dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan gembalaannya. Sementara 'tali' ditangan orang yang sedang berputus asa sangat mengkhawatirkan, karena bisa2 langkah 'gantung diri' yang sedang dia siapkan.
Namun demikian juga...
Ada sedikit hal yang menggelitik di pikiran saya tentang fenomena dunia internet ini, yaitu tentang penggunaan alamat: www.dst.dsb, huruf 'www' ini insyaAllah begitu akrab dikalangan umat Islam ketika mengetik jawaban scr singkat utk kalimat wassalamu'alaikum wr. wb. Jadi semacam ada 'budaya' terbalik yang sedang di tawarkan kepada masyarakat (muslim) ketika masuk berkunjung ke sebuah alamat dengan memakai simbul 'www' bukan lagi 'aww' (assalamu'alaikum wr. wb.)?
.
BalasHapusWa'alaikum salam wr.wb.
Anda benar, mereka (kaummasonik) punya tradisi memaknai tanda dan simbol dengan jeli, untuk membuat jalinan/sistem. Untuk menyemarkan, mereka sering mengutip ujaran Confucius: "Signs and symbols rule the world, not words nor laws". Jadi untuk mereka, yang penting adalah memaknai tanda dan simbol.
Makna yang dipasang oleh muslim harus (diperjuangkan agar) qur'ani. "WWW" (world wide web) misalnya, bisa saja dipopulerkan bahwa itu adalah "gigi syaithaan" atau kalau mau memuat kearifan lokal, "WWW" dimaknai saja sebagai "wewe gombel" (Jawa: kuntilanak). WWW ini akan menjerumuskan manusia yang tak berhati-hati. Silakan lihat rahasianya.
Amatilah, dalam simbol "WWW" yang digabung (menjadi garis menerus) ada 6 ujung bawah dan 5 ujung atas yang berbentuk segi-3. Di bagian atas, di ujung kiri dan kanan, ada segi-3 (ujung) yang belum jadi. Ini akan terus membentuk segi-3 lain. Yaitu jika setiap huruf W adalah "W 3 dimensi" yang ujung bawah ditata di atas bidang datar ditulis secara melingkar, pasti akan tampak ujung atas segi-3 yang ke-6. Itulah "web" atau jaringan.
Huruf ke-6 ibranimasonik pun adalah huruf ך yang dibaca WAW (W, atau VAV=V). Jadi di balik symbol WWW adalah angka satanik 666, dan sekaligus 2 Bintang David (masing-masing dari segi 3 yang menghadap atas dan bawah).
Dengan memaknai "WWW" sebagai "gigi syaithaan" ummat muslim akan senantiasa waspada. Ini sesuai dengan peringatan Allah di QS 2:120 "Orang-orang Yhd-Nsr tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka...". Kenyataannya, bukankah jaringan informasi dunia sekarang ada dalam kendali mereka. Jika tak waspada, bukankah seluruh data bisa mereka "crawl"? Atau seluruh informasi yang mereka sajikan begitu saja kita percaya 100% sebagai kebenaran? Ummat muslim mesti makin kritis. Hanya yang fithrah saja yang cerdik. Para ulama/ilmuwan muslim mestinya juga MEWARISI KECERDIKAN (FATHONAHNYA) Nabi. Bukan justru malah menjadi pemimpin yang hanya membebek pola pikir/keilmuan mereka. Maka Ramadhan ini marilah berjuang agar fithrah masing-masing kembali teraih, sehingga ummat muslim merupakan kumpulan manusia-manusia cerdik!
Akhirnya marilah kita ingat, Islam tak mengajarkan manusia untuk menjadi KIKIR atau MALAS sehingga untuk mengetik "assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh" (ini adalah ajaran pertama Allah kepada Nabi Adam a.s. untuk bertegur sapa dengan sesama ciptaan) atau "wa'alaikum salaam warahmatullaah wabarakaatuh" (jawaban ini adalah hak seorang muslim yang telah mengucapkan salam), mesti disingkat "aww" dan "www". Lebih baik "assalamu'alaikum wr. wb" atau "wa'alaikum salaam wr. wb", begitulah, masih jelas identitas muslimnya... Atau, paling minim, ya seperti yang Anda tulis "Asslm. wr. wb.", tak mengapa.
Mohon lain kali mencantumkan e-mail Anda. Admin -Glagah Nuswantara.
Assalamualaikum wr.wb.
BalasHapusPak, saya masih belum jelas dan belum paham mengenai simbol f (vav atau waw).
Tetapi kenyataan bahwa fesbuk dengan sangat mudah menggiring dan menggelincirkan saya pada narcisme atau riya' itu saya alami. Selain itu, membaca status, melihat foto-foto, dan membaca komentar orang lain juga menggiring saya pada pemikiran negatif tentang orang lain. Memang harus sangat hati-hati sekali menggunakan fesbuk.
Kalau untuk berdagang bagaimana Pak? Hehehe.....
Terima kasih,
Wassalamualaikum wr.wb.
Wa 'alaikum salam. Untuk berdagang yang jujur, insya Allah barokah. Asal ingat hak orang miskin pada harta benda kita. Semoga bisnis ibu sukses.
BalasHapusSimbol vav/waw, adalah huruf ke-6 dalam alfabet Ibrani. Deformasi-mirornya akan menjadi huruf F. Pada huruf F, ada tambahan garis, berasal dari titik, yang mengikuti huruf vav/waw tersebut; maknanya adalah mata (zurqaan; QS 10:102). Galih W. Pangarsa.
Assalamu alaikum Wr wb
BalasHapusMenarik sekali pembicaraan mengenai simbolisme di atas. Berarti Yhd mengenal adanya simbolisme dalam menyampaikan millahnya. Tetapi apakah memang simbolisme Yhd ini juga ada dalam kitab suci mereka (seperti di Islam, simbolisme Al Quran) atau kah itu hanya simbolisme yang dibuat oleh umat Yhd saja untuk menyampaikan pesan2 yudaisme?
Satu hal lagi Pak. Saya pernah membaca sekilas buku prof Arios mengenai Atlantis yang sebenarnya adalah Indonesia: menurut dia tanah Yhd yang ada sekarang ini adalah replikasi dari tanah leluhur mereka yang sesungguhnya, yaitu tanah Indonesia (?). Kalau menurut pendapat saya itu dimungkinkan, karena kita juga punya sejarah kehidupan penyembahan terhadap lembu misalnya (Yhd juga kalo gak salah di QS 20). Bagaimana menurut pendapat bapak?
Tapi ini jadi memunculkan pertanyaan lain Pak (maaf nambah lagi....) jadi kamu Masonik sebenarnya adalah kaum Ydh yang menyusup ke Kristen? Ataukah memang kaum tersendiri yang bersifat pagan? Atau juga berarti bahwa kaum Yhd adalah sebenarnya kaum pagan?
Makasih banyak atas tanggapan bapak.
Wassalamu alaikum Wr wb
aisyunanto@yahoo.com
Wa'alaikum salam wr. wb.,
BalasHapusTerimakasih perhatian bapak pada perkara itu, yang memang sangat penting bagi akademisi (kalangan kampus) dan para aktivis dakwah (yang sayangnya sangat sedikit yang mau belajar dan menaruh kewaspadaan terhadap perkembangan millah Yhd di Indonesia).
Semoga secara singkat saya dapat membentangkannya kepada bapak. Pertama, tentang konsep Yhd. Yang dimaksud bukan Yhd sebagai ras, tetapi sebagai isme (millah, pola pikir, mentalitas). Yang menjadi inti ialah #Illuminati# (selanjutnya saya tulis ##). ## terdiri dari tiga jalur perkembangan dan kelompok komunitas: [1] yang dogmatik (sesuai dengan doktrin2 pendiri ## modern, A.Wishaupt di 1870-an), [2] yang adogmatik (penumbuh-kembangan konsep2 dasarnya, baik ke depan dgn WZO/WorldZionisOrg, NWO/NewWorldOrder, UFO, dll maupun ke belakang dari teosofi abad-19, antroposofi abad-20, Kaballah, paganisme pra-Taurat, sampai dengan pembangkitan kembali doktrin2 spiritual Fir'aun) dan [3] yang menurut garis keturunan (bloodline, termasuk misalnya keluarga Rothschild, Li, dll).
Kedua, tentang simbolisme dlm millah Yhd. Dalam Taurat (yang kemudian digubah jadi Talmud) tentu mengandung simbol-simbol, meski masih tersirat. Tersuratnya, ada dalam doktrin-doktrin, terutama pada jalur masonik (doktrin kelas intermedier mereka adalah ttg simbol dan maknanya; mereka adalah para ahli pembuat simbol). Masonik adalah sebutan singkat untuk gerakanFreemasonry, salah satu kendaraan politik-ekonomi ## untuk menguasai dunia. GerakanFreemasonry adalah jalur terkuat dan terbesar ##. ## memulainya dari Jerman, tapi menjadi sangat kuat di Inggris dan Amrik. GerakanFreemasonry hanya salah satu jalur; jalur lain cukup banyak, di antaranya dari yg paling kuno spt KnightsOfTemplar, RedCrux, Jesuit (benar, bahwa ## masuk ke KatolikVatikan lewat SJ), SS-Nazi, sampai ClubOfRome, sindikasi WorldBank, dll. Untuk mereka tak masalah apakah simbol itu disadari oleh pemakainya atau tidak, yg penting paham/millah mereka tersebar dulu. Jika disoroti Al Qur'an, simbol2 ini tersoroti esensinya, karena Al Qur'an itu tibyanaan li kulli syai'un - menjelaskan segala sesuatu.
Terakhir, kita tak boleh HANYA BERHENTI MENGANALISIS SIMBOL-SIMBOL itu, tetapi lebih penting mewaspadai SUBSTANSI MILLAH MEREKA (millatahum, QS 2:120) di balik simbol2 itu. Lalu, mengidentifikasi apa dan bagaimana MILLAH (sekali lagi bukan ras, tetapi mentalitas, paham, isme) itu menyusup, menyisipi, tumbuh, berkembang, kemudian menggolkan tujuan mereka, yaitu [1] membengkokkan praktek Islam dan [2]menghalangi manusia dari jalan Allah (terbanyak dengan cara menjadikan kaum intelek RAGU thd kebenaran-muthlaq Al Qur'an; misalnya dengan menyusupkan paham "kebenaran relatif", "Islam moderat", "Islam toleran", Islam pluralis", Islam "abangan" versus "santri", dst yang umumnya menempuh jalur politik kebudayaan/keilmuan dengan misi memecah-belah/men-devide-et-impera kesatuan ummat Islam). Lebih berbahaya lagi PENGKAFIRAN LEWAT KEILMUAN. Misalnya, menggeser posisi para nabi dengan para filsuf, selaku tauladan bagi manusia (QS 33:21). Inilah yg mesti DIWASPADAI.
Demikian, semoga bermanfaat. Taufik Thoyib
Tambahan sedikit:
BalasHapusMereka (##), menyebut pemikiran yang menyoroti gerakan-gerakan mereka untuk menggolkan cita2 akhir (menguasai dunia lewat NWO atau IsrailRaya) dengan ConspiracyTheory. Untuk kita, sebaiknya tak usah ikut terlibat dengan pro-kontra ttg hal tsb. Al Qur'an sudah cukup menyoroti dengan tegas dan jelas, bahwa mereka memang selalu bermisi menggolkan MILLAH mereka (QS 2:120) jadi pedoman ummat manusia, shg merekalah yg akan meng-KHALIFAH-i dunia. Pdhl, Allah menetapkan kaum mukmin-lah yang mengkhalifahi (QS 3:110 - Kamu adalah umat yang terbaik yang dimunculkan untuk [dipentaskan di hadapan masyarakat] manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik). Tak ada penantang lain pada Allah kecuali iblis laknatullah. Jadi secara tandas kita dapat menegaskan: di balik MILLAH YHD itu adalah IBLIS yang mengilhamkan pada manusia untuk menjauh dari Allah dan mengikuti kesesatannya (QS 22:52), dan membuat manusia tak sadar jika ia telah tersesatkan (QS 34:20).
Renungan bersama: ridhakah ummat mukmin merendahkan diri di hadapan Allah dan mengemban amanat sebagai khalifah-khalifah (sesuai ukuran/kodrat masing-masing)? Jika ya, marilah bahu-membahu mengadakan perbaikan sesuai dengan ridha dan rencana Allah sebagaimana ditauladankan para rasul-Nya!
Salam, Taufik Thoyib -Admin.
Mohon maaf ternyata ada yg tertinggal, yaitu pertanyaan ttg ATLANTIS.
BalasHapusSaya juga pernah membaca buku yang oleh seorang teman, nama penulisnya diplesetan menjadi nama Jawa Aryo-Santoso... Saya tak dapat berkomentar, mohon maaf. Yang jelas dan tegas Allah memberi arahan di QS 14:9 sbb: "Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. TIDAK ADA YANG MENGETAHUI MEREKA SELAIN ALLAH....". Demikian pula dengan kaum "Atlantis".
Yakinlah bila Allah akan mempermudah kita untuk mendapatkan pengetahuan atas sesuatu, itu semata-mata untuk suatu kemanfaatan (dalam ukuran Allah). Apa guna mengetahui sesuatu yang tak dapat kita petik kemanfaatan (akhirat)-nya? Maka jika kita belum mengetahui sesuatu, hendaknya bersabar sampai dengan Allah bukakan, baik esensi tentangnya, maupun kemanfaatannya.
Terimakasih. Taufuk Thoyib -Admin
Assalamu alaikum Wr wb,
BalasHapusTerima kasih pak atas penjelasannya.
Setelah membaca semua garis silsilah yang bapak jelaskan, saya jadi tertawa terbahak-bahak (dalam hati). Bahwa ternyata semua ini adalah rekayasa tingkat tinggi. Semua penokohan2 dalam sejarah dunia ini (sengaja ataupun tak disengaja) telah direkayasa. Bahkan jangan2 segala bentuk penemuan2 teknologi IT (seperti www, fesbuk, google de el el) tokoh2nya juga tokoh yang sengaja direkayasa.
Tapi sayang ya pak, umat Islam skrg ini malah masih terjebak ke perselisihan masalah Islam-Kristen yang bagi saya itu masih sangat dangkal (atau memang kaum Yhd sengaja mengumpankan pionnya- Kristen- untuk menghadapi umat Islam yang masih bodoh). Karena musuh kita yang sebenarnya justru adalah anak iblis yang berupa manusia (Yhd).
Saran saya mungkin sudah waktunya saat ini perlu dibuka uraian simbol2 Islam yang telah dipahat oleh para pendahulu kita ke dalam bentuk simbol budaya bangsa, menjadi bentuk kajian tertulis agar semua anak bangsa bisa tersadar dari tidur panjangnya.
Atau kah menunggu Indonesia jilid 2 terbentuk dulu?
Wassalamu alaikum Wr wb,
aisyunanto@yahoo.com
Wa'alaikum salaam wr.wb.,
BalasHapusBenar pak, sekali lagi: HANYA BERHENTI MENGANALISIS SIMBOL-SIMBOL itu, tetapi lebih penting mewaspadai SUBSTANSI MILLAH MEREKA. Insya Allah jika waktunya sudah tepat dan mendatangkan manfaat, kami upayakan menyajikan hikmah qur'ani di balik simbol-simbol budaya Indonesia. Terimakasih. Glagah Nuswantara -Admin