Rabu, 09 November 2011

Ketika Hati Tak Lagi Mencintai Dunia

Ketika Hati Tak Lagi Mencintai Dunia




Dalam satu Hadist Qudsi Allah menyatakan: “Kami Allah sangat cemburu pada seorang hamba yang sangat cinta terhadap sesuatu”. Itulah sebabnya bila Allah telah menaruhkan cinta pada seorang hamba, Allah datangkan berbagai kegagalan di dalam hidup. Kekecewaan terhadap sesuatu berulang-ulang kali pula Allah datangkan. Hingga pada saatnya tiba, hati tidak lagi suka dengan sesuatu. Tetapi ketidak-sukaan hati terhadap sesuatu tidak sama pengertiannya dengan kebencian. Maksudnya, segala sesuatu diserahkan penyelesaiannya kepada ‘aqal, bukan kepada nafsu. Bila sesuatu diserahkan penyelesaiannya kepada nafsu, pasti tatanan kehidupannya akan porak-poranda. Itulah sebabnya Rasul s.a.w. mengatakan: “Ya Robb-ku janganlah hendaknya Kau serahkan penyelesaiaan sesuatu kepada nafsuku, meskipun hanya sekejap mata”.

Bila hati sudah terlanjur dipenuhi oleh sesuatu, dipastikan sayang dan kecintaan Allah tidak akan pernah dapat dirasakan hati karena terhalang oleh keberadaan sesuatu di dalam hati. Haqiqinya, kecintaan yang paling tepat bagi hati adalah cinta kepada Allah. Tetapi karena cinta kepada Allah sulit digapai oleh hati, maka sesuatulah yang menjadi tempat curahan hati. Mengapa? Karena sifat haqiqi dari pada hati itu sendiri adalah sayang dan bercinta. Dengan kata lain, hati semua insan sama ingin disayang dan dicinta. Pertanyaannya: sudah adakah kesiapan diri manusia bila Allah menjatukani cinta pada hatinya? Mudah untuk menjawab “siap”. Namun lebih dahulu pastikanlah, sudah lepaskah sesuatu dari dalam hati?

Haqiqat sifat hati adalah disayang dan dicinta. Maka, dalam hal menentukan dari mana hati memperoleh kasih dan cinta tersebut, itu adalah hak diri manusia. Bila diri manusia justru berbalik menyerahkan hatinya untuk disayang dan dicinta dunia atau sesuatu, maka jadilah sesuatu disayang dan dicinta oleh hati. Alangkah hinanya hati manusia yang sebenarnya indah sebagaimana yang Allah ungkapkan lewat Hadits “hati itu istana Allah”, bila ternyata hanya bisa menyayangi dan mencintai sesuatu. Padahal sesuatu itu sendiri pada haqiqatnya tidak memiliki rasa sayang dan cinta terhadap hati manusia. Bahkan keberadaan sesuatu di dalam hati justru malah memporak-porandakan bangunan hati, karena rasa sayang dan cinta, hakikatnya mutlak hanya Allah yang mempunyainya. Dalam hal ini berhati-hatilah terhadap tipuan-rekayasa Iblis. Bagaimana tipudayanya?


Iblis hanya bisa meniru-niru pengertian sayang dan cinta tanpa sedikit pun iblis dapat memberikan rasa sayang dan cinta. Perhatikanlah kehidupan manusia yang hatinya belum dan tidak memperoleh sayang dan cinta dari Kami Allah. Pasti ia tidak akan pernah dapat merasakan sayang dan cinta kecuali berkata sayang dan cinta untuk menipu diri. Itulah sebabnya kehidupan yang terjadi adalah kehidupan yang penuh dengan segala macam bentuk kejenuhan yang dapat melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk kejenuhan berkeilmuan yang tidak pernah membawa perubahan lebih baik bagi kehidupan. Dengan demikian dapatlah disimpulkan barang siapa yang mudah merasakan jenuh dalam segala hal dan pengertian, itulah pertanda dirinya belum pernah mendapatkan sayang dan cinta dari Allah. Kebanyakan manusia yang hatinya tidak dan belum mendapatkan cinta dari Allah pasti tidak memiliki rasa. Sekalipun sayang dan cinta dapat dirasa tetapi sayang dan cinta yang dirasa itu adalah rasa sayang dan cinta nafsiyah yang suatu saat pasti akan menemui titik kejenuhan!

Keadaan rasa sayang dan cinta seperti itulah yang paling banyak dirasakan manusia hidup berumah tangga. Itulah rasa nafsiyah. Cirinya adalah kehambaran atau kejenuhan. Bila keadaan itu tidak memperoleh penyelesaian jalan keluar, maka berjangkit penyakit mati rasa, baik mati rasa nafsiyah maupun mati rasa ruhaniyah. Itulah perlunya mempergantikan sesuatu yang telah sekian lama tinggal di dalam hati dengan iman sejati. Tidak banyak kesempatan yang diperoleh iman sejati untuk tumbuh-subur di dalam diri manusia khususnya di dalam diri kehidupan ummat Islam, karena kehidupan dari saat kesaat senantiasa berputar. Bagaikan mencari sebutir mutiara yang tercampak ditengah genangan lumpur hitam, begitulah sulitnya mencari iman sejati di tengah-tengah kehidupan ummat Islam selama ini. Kata “iman” hampir setiap saat meluncur dari bibir yang bermadu —bahkan agar kata-kata iman tampak lebih memikat dan begitu indah terdengar pada ketaatan maka kata “iman” sering digandeng dengan kata-kata “taqwa”, menjadi “iman dan taqwa”.


Tulisan di atas merupakan suntingan Taufik Thoyib dari dokumentasi Kajian Ki Moenadi MS tanggal 14/10/1998 yang disampaikan di Yayasan Badiyo Malang. Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tiga tulisan. Lanjutannya insya Allah dipublikasikan pekan depan --Admin

2 komentar:

  1. ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH,,,MEMANG TIDAK MUDAH MELEPASKAN SEMUA YANG SUDAH LAMA BERCOKOL DI HATI,,,,TERLEBIH BILA TERUS MENERUS DIDERA SERANGAN NAFSU DIRI YANG TIAP SAAT TERGODA-RAYU KERAGUAN JALANKAN HIDUP BENAR,,,BELUM LAGI BANYAKNYA TEROR NAFSU DARI LUAR YANG TURUT SERTA MELAKUKAN BUJUK RAYU KERAGUAN,,,LENGKAPLAH SUDAH BANGUNAN KERAGUAN DIRI,,,,TOLONG PAK TAUFIK BERI Saran diri ini agar semakin yakin terbuka sambut kebenaran sejati.heru Samarinda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam wr. wb., mohon maaf lama sekali baru menjawab, pak Heru. Notofikasi e-mail ini tertumpuk di bawah email yg lebih baru.

      Marilah kita bertanya kepada diri kita: dari siapakah ketenagaan diri kita, yang kita pakai untuk hidup sehari-hari? Siapa pencipta diri kita? Selanjutnya: untuk apakah kita hidup? Benarkah untuk mengabdi Allah? Atau mengabdi diri? Iyyakana'budu wa iyyaka nasta'iin. Sudah tegakkah kalimat itu dalam diri kita?

      Jika belum, marilah kita gencar-tegakkan kalimat istighfar kita, dalam arti jangan kita ulangi kesalahan masa lalu, baik dalam niyat, apalagi dalam tindakan-nyata. Marilah kita fokuskan langkah harian kita, bahwa tujuan hidup (yang amat singkat ini) adalah mengabdi Allah. Lambat laun, nafsu akan bisa mengikuti derap langkah itu.

      Hapus

Silakan tinggalkan akun valid e-mail Anda.